Kriteria paling utama Kluivert adalah setiap pemain yang dipanggilnya di bulan Maret nanti adalah pemain yang memiliki level kebugaran pertandingan yang baik. Dalam artian lain, yang dimaksud Kluivert adalah pemain yang rutin bermain di klubnya.
Kata top skor keempat sepanjang masa timnas Belanda dengan 40 gol itu, hal-hal semacam ini sifatnya sangat penting.
Karena tanpa atau jarang bermain, kematangan teknik, mentalitas, hingga pengambilan keputusan pemain tak terasah dengan baik.
Pernyataan ini setidaknya akan sedikit memprediksi nama-nama yang dulu jarang bermain di klubnya tapi selalu dipanggil ke timnas pada era Shin tak akan terjadi lagi di rezim Kluivert.
Sebagai contoh, Pratama Arhan dulu selalu dipanggil Shin kendati mantan pemain PSIS Semarang itu hanya bermain empat kali selama berseragam Tokyo Verdy dan hanya bermain selama empat menit bersama Suwon FC.
Baca juga: Kluivert sebut suporter Indonesia lebih bersemangat
Dan oleh karena itu, Arhan memilih hijrah ke Thailand, kompetisi dengan level lebih rendah dari Jepang dan Korea Selatan, untuk membela Bangkok United demi jam terbang tinggi.
Setelah didatangkan Bangkok pada 7 Januari, debut yang dinanti Arhan tak berlangsung lama seperti di dua klub sebelumnya. Karena lima hari setelah diresmikan, pemilik caps terbanyak di timnas pada era Shin itu, ia langsung debut pada laga penting melawan Buriram United.
Arhan masuk pada menit ke-80 dan masuknya dia turut memberikan dampak besar pada gol kemenangan Bangkok yang diciptakan Nitipong Selanon (90+2'). Debut Arhan di Bangkok berlangsung manis karena memberikan kekalahan pertama bagi Buriram musim ini. Bangkok pun memangkas jarak menjadi enam poin dari Buriram di puncak klasemen.
Pemain lokal sebagai jantung timnas
Hadirnya Patrick Kluivert sebagai mantan pesepakbola yang mempunyai nama besar di kancah sepakbola dunia memunculkan potensi pemain-pemain keturunan di luar sana, khususnya yang berasal dari Negeri Kincir Angin, akan mudah memantapkan hati memilih kewarganegaraan Indonesia.
Tapi, bukan berarti ia akan meninggalkan bakat-bakat lokal yang lahir dan besar dari rahim pembinaan ibu pertiwi. Dalam misi membawa Indonesia ke Piala Dunia 2026, Kluivert mengatakan pemain lokal adalah “jantungnya” timnas.
Pemain lokal yang ia tahu dan suka adalah Marselino Ferdinan. Pemain berusia 20 tahun itu menjadi bintang Garuda ketika menaklukkan Arab Saudi di Jakarta dengan skor 2-0. Marselino memborong dua gol tersebut yang tercipta dengan cara yang cantik.
Pada Sabtu (11/1), mantan pemain Persebaya Surabaya itu baru saja mencatatkan debutnya bersama Oxford United ketika tampil sebagai pemain pengganti menit ke-89 melawan Exeter City pada putaran ketiga Piala FA. Meski berakhir dengan kekalahan 1-3, debut Marselino di Oxford setidaknya menandai permulaan karier positifnya di Inggris.
Baca juga: Patrick Kluivert: Saya suka Marselino Ferdinan
Dalam beberapa pekan ke depan, Kluivert berencana akan menonton pertandingan Liga 1 Indonesia guna memantau langsung pemain lokal. Ia berharap akan menemukan pemain-pemain lokal bertalenta lainnya, seperti ia menyukai Marselino.
Makan malam bersama Rizky Ridho, Witan Sulaeman, dan Muhammad Ferarri dari Persija Jakarta, serta Ricky Kambuaya dan Witan Sulaeman dari Dewa United pada Minggu (12/1) setelah dirinya resmi dikenalkan ke publik, adalah permulaan mengenal deretan pemain lokal.
Niat positif ini kemudian berlanjut pada Selasa (14/1) saat dirinya dari Ketum PSSI Erick Thohir menggelar pertemuan dengan para pemilik klub-klub di Liga 1 Indonesia guna memupuk hubungan baik antara klub dan timnas, serta menunjukkan keseriusannya dalam memperhatikan talenta sepakbola lokal.
Dalam pertemuan itu, Kluivert mengatakan bahwa antara klub dan timnas hubungannya adalah simbiosis mutualisme, saling membutuhkan dan menguntungkan satu sama lain.
”Saya membutuhkan semua orang yang berada di sini (pemilik klub). Saya membutuhkan kalian, kalian pun membutuhkan saya. Kami harus berkolaborasi untuk mencapai target kami (lolos Piala Dunia 2026),” kata Kluivert dalam keterangan resminya, Rabu (15/1).
Menumbuhkan cinta dari suporter
Pencinta timnas Indonesia dibuat patah hati ketika mendengar Shin Tae-yong resmi meninggalkan tim Garuda pada Senin (6/1). Desas-desus perginya Shin mulai terendus saat Indonesia menelan kekalahan dari China di Qingdao pada Oktober, kemudian mulai memuncak ketika pria 54 tahun itu gagal mencapai target menembus semifinal yang diberikan PSSI di ASEAN Cup 2024.