Kepala BKSDA Resor Kabupaten Mukomuko Damin mengatakan saat pertama terjadi konflik harimau dengan manusia di daerah ini, pihaknya telah memasang tiga kerangkeng, tetapi tidak ada harimau yang masuk dalam perangkap tersebut.
Tiga kerangkeng perangkap harimau itu dipasang di Desa Setia Budi, Kecamatan Teras Terunjam, sedangkan dua perangkap lainnya dipasang di Desa Tunggal Jaya dan Desa Mekar Jaya.
Baca juga: Petugas evakuasi Harimau Sumatera yang masuk perangkap
Kemudian, belum lama ini BKSDA bersama pihak terkait juga memasang satu kandang jebak untuk menangkap harimau yang memangsa anak sapi milik warga Desa Mekar Jaya, Kecamatan Teras Terunjam.
Selain itu, BKSDA juga memasang kamera trap di tempat kejadian peristiwa warga dan sapi dimangsa harimau.
Lalu, BKSDA juga menyiagakan tim untuk menangani harimau yang memangsa anak sapi milik warga di rumah Kepala Desa Mekar Jaya, Kecamatan Teras Terunjam.
Tim yang terdiri atas berbagai pihak terkait ini melakukan pengecekan, penelusuran, dan pemantauan.
Baca juga: Harimau sumatra mangsa sapi warga Aceh Timur
Menurut Damin, solusi dalam penanganan konflik dengan harimau ini dilakukan bersama-sama dengan semua pihak terkait di daerah ini.
"Untuk itu, di Mukomuko ini butuh satgas konflik satwa liar, dahulu mau digagas, mudah-mudahan ke depan di daerah ini sudah ada satgas," kata Darmin.
Menurutnya, kalau di daerah ini sudah ada satgas, dan setiap anggotanya sudah tahu jalur kerja masing-masing, maka pekerjaan penanganan konflik satwa liar tidak tertumpu lagi ke satu orang.
"Apalagi personel BKSDA Resor Mukomuko ini terbatas atau tidak sampai enam orang untuk melakukan penanganan konflik satwa liar," katanya
Karena menurutnya melindungi alam dan lingkungan, bukan hanya tugas petugas BKSDA, tetapi kerja bersama, yakni saling lindung, saling melihat, saling memperhatikan dan saling tegur.
Dia mengatakan, manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh tuhan paling sempurna di antara makhluk lain di dunia ini, untuk itu pemerintah sejak tahun 2008 telah menggalakkan tentang hidup berdampingan dengan damai bersama satwa liar.
Baca juga: BKSDA Bengkulu tetap pantau pergerakan harimau di Mukomuko
"Memang berat untuk dikerjakan, tetapi bagaimana cara kita bersama hidup berdampingan dengan satwa liar," kata Damin.
"Masalahnya, kata dia, manusia itu tidak se-bahasa, lalu masing-masing tidak mempelajari prilaku satwa, dan belum banyak yang mempelajari prilaku satwa, mana yang dia suka dan tidak suka " katanya menjelaskan.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk sama-sama belajar hidup berdampingan dengan damai bersama satwa liar, dan ke depan pemerintah daerah dan pusat akan melakukan kajian untuk membuat aturan yang tepat tentang kawasan hutan, sehingga tak ada lagi konflik antara manusia dengan satwa liar.
