Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Aktivitas Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) masih didominasi oleh gempa letusan selama beberapa hari terakhir.
"Dalam periode pengamatan selama 24 jam pada Rabu (19/3) tercatat Gunung Semeru mengalami sebanyak 51 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan lama gempa 49-180 detik," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Sigit Rian Alfian, dalam laporan tertulis yang diterima di Lumajang, Kamis.
Selain itu, tercatat satu kali gempa guguran dengan amplitudo 4 mm dan lama gempa 77 detik, lima kali gempa embusan dengan amplitudo 4-7 mm dan lama gempa 32-57 detik, satu kali Harmonik dengan amplitudo 6 mm dan lama gempa 91 detik, dan dua kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 15-40 mm.
Pada hari Selasa (18/3) tercatat sebanyak 76 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 10-22 mm dan lama gempa 49-208 detik, sedangkan pada Senin (17/3) tercatat gempa letusan sebanyak 40 kali dengan amplitudo 10-22 mm dan lama gempa 55-160 detik.
Gunung Semeru tercatat mengalami erupsi sebanyak tiga kali pada Kamis pagi yakni pukul 04.23 WIB dengan visual letusan tidak teramati, kemudian pukul 05.31 WIB dan 07.27 WIB dengan tinggi letusan 300 meter hingga 400 meter di atas puncak.
Erupsi Gunung Semeru pada hari Kamis, 20 Maret 2025, pukul 05.31 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 400 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan timur laut. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 118 detik.
Pada pukul 07.27 WIB, Gunung Semeru kembali erupsi dengan tinggi kolom letusan teramati 300 meter di atas puncak dan kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara. Erupsi itu terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi 122 detik.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi terkait dengan status waspada Gunung Semeru, yakni masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh delapan kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Kemudian di luar jarak tersebut, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
"Masyarakat juga tidak boleh beraktivitas dalam radius tiga kilometer dari kawah/puncak Gunung Semeru, karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar," kata Sigit.
Ia mengatakan masyarakat juga perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.