Jakarta (Antara Bengkulu) - Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Thamrin Amal Tomagola mengatakan kasus penembakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (23/3), tidak terlepas dari konteks perdagangan narkoba di negeri ini.
"Jaringan narkoba harus diungkap, kami meminta dengan sangat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membentuk tim investigasi gabungan lengkap, seperti kasus Munir, kalau perlu pakai keputusan presiden (keppres)," kata Thamrin saat konferensi yang dilakukan oleh Koalisi Masyarakat Sipil di hotel Aryaduta di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dilakukan supaya jujur kepada rakyat mengenai apa yang terjadi pada negara hukum, katanya.
"Kami bertekad akan membentuk tim pencari fakta investigasi dari kalangan kami sendiri (dua organisasi intinya Kontras dan Imparsial) sambil menunggu Presiden membentuk tim investigasi, dan data dari investigasi dari kami," kata Thamrin.
Koalisi Masyarakat Sipil menunggu hasil investigasi pemerintah sampai enam bulan, kalau tidak ada hasil akan pergi ke Markas PBB di Jenewa untuk melaporkan hal tersebut, katanya.
"Karena bahaya sistem hukum dan harus ada upaya tuntas dan menyeluruh akan hal itu," kata Thamrin.
Pada hari Sabtu, 23 Maret 2013, terjadi penembakan di Lapas Cebongan terhadap empat tersangka kasus pembunuhan anggota TNI AD dari Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Sersan Satu Heru Santoso (31) di Hugo's Cafe, Sleman.
Mereka yang tewas akibat insiden itu adalah Angel Sahetapi alias Deki (31), Adrianus Candra Galaga alias Dedi (33), Gameliel Yermiayanto Rohi alias Adi (29) dan Yohanes Yuan (38). (ANT)