Bandung (Antara) - Sejumlah pemilih tunanetra pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 mengaku tidak mendapat sosialisasi yang cukup terkait dengan tata cara pemilihan pada 9 Juli mendatang.
"Sosialisasi dan informasi terakhir mengenai tata cara pemilihan presiden sangat kurang. Selama ini saya mendapat informasi melalui media-media audio," kata Ismet Firmansyah, pengurus Ikatan Tunanetra di Yayasan Wiyata Guna Jalan Padjadjaran Kota Bandung, Jumat.
Menurut Ismet, penyuluhan terkait dengan sistem dan alat yang digunakan serta pendamping juga belum didapatkan.
Ia mengaku belum mendapatkan informasi dari petugas di lapangan terkait dengan sistem pemilihan bagi penyandang disabilitas, terutama bagi penyandang tunanetra.
"Saya belum tahu apakah pada Pilpres nanti kami didampingi atau diberi template braile, saya bolak-balik ke Wiyata Guna juga belum mendapat informasi jelas," kata Ismet.
Pria itu juga menyayangkan media massa sebagai penyambung informasi belum menunjukkan perhatian yang optimal bagi penyandang disabilitas. Misalnya, pemberitaan tentang tunanetra mandiri belum ada.
Menurut Ismet, idealnya pemilih tunanetra bisa melakukan pencoblosan sendiri di TPS tanpa didampingi sehingga menjamin kebebasan dan kerahasiaan dalam memberikan hak pilihnya.
Ia mengaku sering risih memberikan hak pilihnya bila didampingi oleh pendamping yang disediakan di TPS.
Ismet juga khawatir ada pendamping yang tidak independen.
"Selama ini saya memilih didampingi oleh istri. Jika tidak boleh, saya tidak akan memilih," kata Ismet.