Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa ekonomi global diperkirakan resesi pada awal 2023 sehingga seluruh jajaran pemerintah tidak boleh hanya bekerja “normal” dan harus selalu peka terhadap krisis
“Tidak bisa kita kerja normal dalam keadaan yang tidak normal. Tahun depan, tahun 2023 ini akan jauh lebih sulit lagi untuk semua negara, dan diperkirakan awal tahun depan sudah masuk kepada resesi global,” kata Presiden Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi di Jakarta, Rabu.
Jokowi meminta seluruh jajaran pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Hal itu karena jika ada kekeliruan kebijakan maka dampak yang terjadi akan sangat fatal. Kehati-hatian, kata Jokowi, harus diterapkan di segala kebijakan fiskal maupun moneter, agar dapat memitigasi dampak krisis ekonomi global ke ekonomi domestik.
“Ini selalu terus saya sampaikan karena memang keadaannya tidak pada keadaan yang normal,” kata dia.
Menurut Jokowi, semua unsur pemerintah harus memahami bahwa situasi saat ini adalah situasi yang tidak mudah. Bahkan, bukan hanya di Indonesia, namun negara-negara maju di dunia pun mengalami situasi yang sulit.
Situasi sulit ekonomi global itu karena ada ancaman kenaikan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, krisis barang energi, dan krisis pangan yang disebabkan kendala stok pupuk. Selain itu, terdapat pula krisis finansial yang menghantui semua negara dengan ancaman pembalikan arus modal.
“Oleh sebab itu, dalam menahkodai situasi yang sangat sulit ini, semuanya harus hati-hati. Policy, kebijakan semuanya harus hati-hati,” ujar Kepala Negara.
Indonesia masih mencatatkan laju pertumbuhan ekonomi yang baik hingga kuartal III 2022. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72 persen secara tahunan pada kuartal III 2022.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jokowi: Awal 2023 ekonomi global diperkirakan masuk resesi