Harimau Sumatera mati terjerat di Pasaman, Sumbar
Jumat, 19 Mei 2023 10:18 WIB 5197

Tim medis sedang memeriksa luka pada bagian badan luar harimau Sumatera.
Dokter TMSBK Bukittinggi drh Yoli Zulfanedi mengatakan ini ditandai dengan mukosa atau lidah yang membiru atau sianosis dan diperparah dengan kondisi kondisi stres yang disebabkan karena suhu panas.
Kondisi ini terjadi, kemungkinan akibat jeratan tali pada leher satwa tersebut. Namun, hal itu belum bisa dipastikan, karena identifikasi awal satwa hanya dilakukan di Mako Polsek Lubuk Sikaping.
Tim dokter tidak menemukan luka terbuka pada bagian tubuh dari harimau berkelamin betina dengan usia di bawah dua tahun atau remaja itu.
Untuk memastikan kematian, satwa itu perlu di-nekropsi atau bedah bangkai di UPTD Rumah Sakit Hewan Sumbar di Padang.
UPTD Rumah Sakit Hewan Sumbar menyatakan nekropsi dengan melibatkan lima dokter dan paramedis dari UPTD Rumah Sakit Hewan Sumbar. Nekropsi dilakukan pada Selasa (16/5) pukul 19.37 WIB.
Nekropsi tersebut dilakukan pada bagian fisik luar terdiri dari kulit, bulu, mata, selaput lendir, rongga mulut, kaki dan tangan. Dari pengamatan luar dari kondisi fisik tidak ada perubahan sama sekali.
Selanjutnya dilakukan penyayatan untuk membuka rongga dada dan membuka bagian perut untuk melihat kejanggalan yang tidak tergambarkan saat pemeriksaan pada bagian luar atau fisik.
Hasil pengamatan yang dilakukan bersama tim dokter, terdapat beberapa kondisi tubuh yang tidak normal, yakni pada rongga dada dan perut yang terjadi perobahan secara normatif tidak seperti mati normal.
Untuk pemeriksaan lebih lanjut, UPTD Rumah Sakit Hewan Sumbar mengirimkan sampel organ tubuh berupa paru-paru, limpa, ginjal dan jantung ke Balai Viteriner Bukittinggi di Baso, karena untuk konfirmasi perubahan yang dilihat secara kasat mata akan lebih teguh diagnosanya secara Microsoft.
Kesimpulan penyebab kematian harimau sumatera akan dirapatkan dengan tim dokter tentang perubahan yang ada dan akan dibuat berita acaranya terkait kesimpulan akhir akibat kematian harimau itu.
Untuk luka jerat pada bagian tubuh tidak ditemukan kelainan, kecuali pada bagian perut hanya terjadi luka gores dan jerat sampai ke badan saat pemeriksaan bagian luar.
Pada leher dan tangan tidak ditemukan luka memar dan luka robek. Ambang kematian harimau kesulitan untuk bernapas. Semua fakta itu merupakan bahan mentah yang masih dianalisis apakah ada keterkaitan dari organ tersebut dengan organ lain.
BKSDA Sumbar menyimpulkan dari hasil nekropsi ditemukan adanya pendarahan pada rongga dada, pendarahan pada paru-paru, pendarahan pada leher, terpapar panas matahari yang sangat tinggi dan hipoksia akut.
Hal tersebut disebabkan karena adanya jerat melilit pada leher, dada hingga kepala satwa yang menyebabkan terganggunya pernapasan yang mengakibatkan metabolisme harimau sumatera itu tidak bekerja dengan baik.
Kadar oksigen berkurang menyebabkan jantung bekerja lebih berat untuk memompa darah ke seluruh tubuh sebagai dampak dari jerat. Hal ini dapat dilihat dari jantung yang mengalami pembengkakan.
Gangguan menurunnya kadar oksigen dalam tubuh dapat terlihat dari mata dan kulit bagian dalam (mukosa) yang berwarna biru hingga berakumulasi menjadi penyebab kematian.
Selain dari faktor tersebut di atas, adanya panas matahari yang berlebih menyebabkan stres (heat stres) dan kurangnya oksigen dalam tubuh menyebabkan kematian satwa tersebut.
Tim dokter melakukan nekropsi sekitar satu jam dan setelah selesai tubuh satwa dikubur sesuai tata laksana penanganan satwa mati dan pada lokasi yang aman dari gangguan.
Bersihkan jerat babi hutan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar membersihkan jerat babi huta penyebab harimau sumatera mati di lokasi kebun milik Munawar (52), Kamis (18/5).