Jakarta (ANTARA) - Baik Rusia di satu sisi maupun Ukraina dan Amerika Serikat di sisi lain, sepertinya tengah diburu waktu untuk segera mengakhiri perang Ukraina-Rusia yang sudah lebih dari 500 hari.
Pihak-pihak yang terlibat dalam perang ini sudah sama-sama tidak sabar karena menyadari perang yang berlarut-larut bakal semakin menyita energi politik dan ekonomi mereka.
Amerika Serikat bahkan memasok bom tandan yang kontroversial karena tidak sabar menunggu pendulum perang yang belum juga bergerak ke arah yang lebih menguntungkan Ukraina.
Bom yang dilarang oleh sekitar 100 negara itu ditujukan untuk menghancurkan rintangan-rintangan di garis depan pertempuran, terutama ranjau yang ditanam masif oleh pasukan Rusia. Dengan cara ini, efektivitas serangan balasan Ukraina bisa sebesar dan secepat seperti diinginkan.
Rusia tak kalah tidak sabar. Tidak mencapai kemajuan besar di medan perang dan malah berbalik dalam posisi defensif, Rusia menghentikan kesepakatan ekspor pangan lewat Laut Hitam.
Baca juga: Erdogan dan Zelenskyy bahas kelanjutan kesepakatan pangan Laut Hitam
Baca juga: Empat tewas dan 27 luka-luka dalam serangan Rusia di Odesa, Ukraina
Dengan cara itu, dunia pun kembali diancam krisis pangan akibat pasokan gandum dan produk sereal atau biji-bijian lain terhenti dari Rusia dan Ukraina yang memang menjadi produsen utama pangan jenis ini.
Harga pangan global yang melonjak bakal menciptakan tekanan internasional untuk menghentikan perang. Desakan internasional untuk mengakhiri perang bakal menyelamatkan muka Rusia dari predikat kalah atau terpojok.
Yang juga diburu waktu adalah para pemimpin yang terlibat dalam perang, khususnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.
Bagi Biden, perang yang berlarut-larut akan membuat tekanan dari lawan politiknya di dalam negeri menjadi semakin kencang. Sejumlah kalangan menjadi tidak sabar, terutama karena menilai AS tak perlu mengalokasikan uang pajak rakyat yang begitu besar untuk membiayai perang di negara asing.
Pandangan ini terutama dianut sejumlah politisi Partai Republik yang terafiliasi dengan mantan presiden Donald Trump yang mencalonkan diri lagi pada Pemilu 2024.
Sepekan lalu, 70 wakil rakyat dari Partai Republik mendukung proposal menghentikan bantuan kepada Ukraina. Sementara pada 20 Juli, 13 anggota Senat mengajukan usul memangkas bantuan untuk Ukraina, yang lalu mentah karena 71 anggota Senat lainnya menentang usul itu.
Tidak ada jaminan kecenderungan seperti itu tak terjadi lagi, apalagi jika perang Ukraina kian menyita energi AS ketika pada saat bersamaan mereka harus menghadapi ekspansi ekonomi China.
Kritik membesar
Perkembangan di Amerika Serikat itu sungguh mencemaskan Ukraina. Tak ada pilihan bagi Ukraina selain mati-matian mengerahkan segala daya untuk mencapai kemenangan maksimum di medang perang, karena AS yang menjadi donor utama mereka bakal segera menghadapi siklus pemilu yang bisa mengurangi perhatian kepada perang di Ukraina.
Perang Ukraina-Rusia bisa berakhir sebelum akhir tahun depan
Senin, 24 Juli 2023 12:20 WIB 947