Mukomuko (ANTARA) - Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, melakukan monitoring untuk memastikan perkembangan harga beras saat musim kemarau sekarang ini.
"Kami bersama tim monitoring harga beras di pasar Lubuk Sanai," kata Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Mukomuko Nurdiana di Mukomuko, Rabu.
TPID Kabupaten Mukomuko beranggotakan Polres, Kejari, dan Kodim selain melakukan monitoring harga beras serta mendatangi Rice Milling Unit (RMU), distributor gas LPG di wilayah ini.
Ia mengatakan, secara kesimpulan memang sekarang ini gabah tidak ada karena memang tidak musim tanam, sehingga harga gabah mahal.
Bahkan mayoritas RMU di daerah ini tidak jalan karena tidak ada gabah. Ada RMU yang berjalan tetapi mereka mengambil gabah dari wilayah Painan dan Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.
"Bahkan pabrik pengolahan beras terbesar di daerah ini juga tidak jalan karena memang gabah tidak ada. Kondisi ini membuat harga beras naik," ujarnya.
Dengan kondisi seperti sekarang ini dan dibiarkan lama kelamaan seperti ini, menurutnya, pemerintah harus berbuat sesuatu seperti yang akan dilakukan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko.
Ia mengatakan, Dinas Ketahanan Pangan setempat kerja sama dengan Bulog memasukkan beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke daerah ini.
Sementara itu, ia menyebutkan, saat ini harga beras medium sebesar Rp14.375 per kilogram, atau sama dengan harga Minggu yang lalu, harga beras premium Rp16.000 per kg.
Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Mukomuko Elxandi Utria Dharma menargetkan sebanyak lima warung atau toko sebagai mitra dalam memasarkan beras SPHP di daerah ini.
"Yang baru ada tiga mitra, target kita lima mitra. Setiap mitra menjual dua ton beras SPHP," ujarnya.