Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M. Pradana Indraputra menilai peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Purwakarta, Jawa Barat dapat memacu pertumbuhan ekosistem investasi hijau berkelanjutan di Indonesia.
"Kita butuh banyak terobosan seperti PLTS ini untuk mempercepat transisi energi di Indonesia. Saya harap PLTS Terapung Cirata ini dapat memacu partisipasi investor untuk terus mengembangkan proyek energi terbarukan di seluruh nusantara,” kata staf khusus bidang peningkatan pengusaha nasional yang akrab disapa Dana itu dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Menurutnya, proyek dengan nilai investasi sebesar 145 juta dolar AS itu menjadi bukti komitmen kuat pemerintah dan investor dalam mendukung pengembangan energi terbarukan.
Dana menilai prospek investasi dari pengembangan energi terbarukan seperti energi surya sangat menjanjikan karena sebagai negara padat penduduk, Indonesia cukup kompatibel dalam memanfaatkan lahan perairan seperti danau, waduk, bahkan laut untuk pengembangan energi surya.
"Ditambah kondisi geo-klimatologi perairan Khatulistiwa Indonesia yang relatif tenang dan damai menjadi keunggulan sendiri. Hal ini memberikan peluang besar pembangunan PLTS terapung dengan biaya modal yang lebih rendah,” tambahnya.
Sebagai upaya meningkatkan investasi hijau terbarukan, terang Dana, Kementerian Investasi/BKPM berkomitmen untuk terus proaktif menjembatani kepentingan para investor yang hendak menanamkan modal di sektor energi terbarukan dengan pelaku usaha serta pemerintah daerah.
"Tidak hanya tenaga surya namun kami mengharapkan adanya perluasan pengembangan sektor energi terbarukan seperti, Pembangkit Listrik Tenaga Air, dan Panas Bumi.” ujarnya.
Menurut Dana, dengan komitmen bersama pelaku dunia usaha, industri, serta UMKM yang mulai memperhatikan energi terbarukan, maka pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia cepat terwujud.
Diketahui, Presiden Joko Widodo meresmikan PLTS Terapung Cirata pada 9 November lalu. PLTS tersebut memiliki kapasitas sebesar 192 MWp, terdiri dari 13 pulau dengan lebih dari 340 ribu panel surya yang bisa menghasilkan listrik ke lebih dari 50 ribu rumah.
Pembangunan PLTS Cirata merupakan hasil kerja sama Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) melalui PT PLN (Subholding PT PLN Nusantara) dan perusahaan energi UEA, Masdar. Adapun kepemilikan saham PLN Nusantara tercatat sebesar 51 persen dan Masdar 49 persen.
“Kerja sama dengan Masdar dapat memperkuat sinergi untuk memajukan transisi energi di Tanah Air. Keahlian UEA di bidang energi terbarukan akan turut membantu mempercepat target netralitas karbon Indonesia, guna mencapai visi Indonesia bebas emisi pada 2060,” kata Dana
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyebutkan di kawasan Waduk Cirata ini juga terdapat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 1.000 megawatt.
“Ke depan kalau dimaksimalkan bisa menambah kurang lebih 1.000 megawatt peak. Jadi nanti tenaga airnya bisa untuk energi hijau juga,” ujarnya.
Meskipun pembangkit bertenaga EBT telah beroperasi di Waduk Cirata, dalam prosesnya Presiden menyadari terdapat tantangan yang menanti misalnya dari cuaca ataupun lokasi potensi EBT yang jauh dari pusat perekonomian.
Meski demikian, Jokowi optimistis segala kendala tersebut dapat diatasi dengan solusi-solusi cerdas salah satunya adalah pemanfaatan transmission line yang dapat menyalurkan potensi EBT dari sumbernya ke pusat perekonomian.
“Tantangan lokasi potensi energi baru terbarukan yang jauh dari pusat, kebutuhan listrik juga bisa kita atasi. Kita bisa bangun solusinya dengan transmission line yang nantinya setiap potensi EBT di Sumatera, di Kalimantan dan Sulawesi bisa kita salurkan ke pusat-pusat ekonomi,” ucapnya.
PLTS Cirata memacu pertumbuhan investasi hijau di Indonesia
Rabu, 15 November 2023 21:41 WIB 1325