Bengkulu (Antara) - Pengurus Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu mempertanyakan program instalasi pengolahan limbah komunal berbasis teknologi biogas yang dibangun Badan Lingkungan Hidup Bengkulu bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, sebab fasilitas itu tidak berfungsi.
"Pernah uji coba sekali mengeluarkan gas yang sangat kecil, hanya untuk ukuran anak kos (indekos), setelah itu tidak berfungsi," kata Direktur Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, Ahmad Suhaimi di Bengkulu, Kamis.
Ia mengatakan fasilitas pengolah limbah dari kotoran manusia itu dibangun pada Juni 2014, setelah diresmikan mantan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya pada Maret 2014.
Dalam perjanjian kata dia, seluruh biaya pembangunan dan teknisi yang memasang perangkat instalasi dibiayai oleh pemerintah, namun pihaknya masih mengeluarkan biaya sekitar Rp5 juta.
"Biaya yang kami keluarkan memang tergolong kecil, tapi yang menjadi persoalan fasilitas itu menjadi terbengkalai, mubazir," ucapnya.
Sebelum instalasi pengolahan limbah itu difungsikan sempat terkendala bahan baku yakni volume tinja, namun saat ini sudah meluap, bahkan petugas pesantren terpaksa membuang sebagian tinja tersebut.
Ahmad mengatakan mereka cukup gembira saat program itu akan diluncurkan di pesantren yang memiliki santri lebih dari 500 orang itu.
"Karena ramah lingkungan dan mengurangi pengeluaran kami membeli kayu bakar sebanyak satu truk sehari untuk memasak kebutuhan para santri di asrama," tuturnya.
Pantauan di kompleks Pesantren Pancasila, bangunan berupa toilet untuk tempat buang air besar sudah dibangun, termasuk tempat penampungan tinja.
Namun instalasi untuk menyalurkan gas ke dapur tidak berfungsi lagi dan mereka meminta pihak BLH atau LIPI mengembalikan tempat penampungan tinja atau "septic tank" ke lokasi semula.
Sementara Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu Sofwin Syaiful mengatakan instalasi itu tidka berfungsi karena tinja yang dibutuhkan sebagai bahan baku tidak mencukupi.
"Bahan bakunya kurang sehingga fasilitas itu tidak berfungsi," kilahnya.***1***