Mewaspadai dampak geopolitik perang Palestina-Israel
Jumat, 26 Januari 2024 23:14 WIB 9990
Presiden Lebanon Michel Aoun menyebut tindakan Israel itu sebagai bentuk deklarasi perang. Sementara Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan bahwa negaranya mampu menghadapi Israel. Israel membuka kembali gerbang peperangan dengan negara-negara Timur Tengah.
Di sisi lain, kini Iran memiliki drone canggih yang digunakan Rusia pada perang melawan Ukraina. Rudal balistik dan supersonik yang dapat menjangkau kawasan Timur Tengah, dikuasai betul oleh Iran. Negeri para Mullah itu menunjukkan taringnya kepada AS dan Israel. Markas Mossad Israel di Irak diserang oleh Iran sebagai pembalasan atas kematian Razi Mausafi, komandan pasukan elit Quds dari Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).
Rupanya, Iran juga menyusupkan agenda lain kali ini. Dua serangan diluncurkan Iran ke Pakistan dan Suriah dengan dalih penumpasan gerakan terorisme anti-Iran. Pakistan tak tinggal diam. Militer Pakistan melancarkan serangan semalaman ke kelompok militan anti-Pakistan di Iran, persis sehari setelah Iran merudal kelompok Jaish al-Adl, kelompok Sunni di Pakistan.
Di Suriah, Iran menembakkan rudal balistik terhadap "operasi teroris" yang rupanya menyasar Garda Revolusi Islam Iran yang beroperasi di Damaskus. Suriah dan Iran memiliki pandangan yang sama dalam hal ini untuk melemahkan gerakan Zionis. Di sisi lain, Suriah diuntungkan dengan penumpasan gerakan ISIS yang masih bercokol di negaranya.
Dampak politik elektoral
Peperangan Palestina-Israel ini pada akhirnya mempengaruhi politik elektoral di dalam negeri sejumlah negara yang terlibat. AS pada Oktober 2024, Iran pada Maret 2024 dan Israel. Dorongan untuk mempercepat Pemilu 2026 di Israel terus menguat. Di tengah situasi perang ini, politik pertahanan acap kali digunakan untuk memperoleh simpati pemilih dalam negeri.