Mewaspadai dampak geopolitik perang Palestina-Israel
Jumat, 26 Januari 2024 23:14 WIB 9989
Publik Israel mulai gerah dengan kebijakan bumi hanguskan Hamas dari PM Benjamin Netanyahu. Pada survei Institut Demokrasi Israel non-partisan pada 2 Januari 2024 menunjukkan hanya 15 persen warga Israel yang menginginkan Netanyahu tetap menjabat, setelah perang melawan Hamas berakhir.
Netanyahu membutuhkan perang untuk tetap mengonsolidasikan kekuatan partainya, yakni Partai Likud yang berideologi Negara Yahudi. Sementara Pemimpin Oposisi Israel Yair Lapid mulai bergerak untuk menggulingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Lapid secara resmi mengatakan kepada Presiden Israel Reuven Rivlin, pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan sekutu politik untuk membentuk pemerintahan baru.
Pengaruh perang Palestina-Israel ini juga tak kalah seru menjelang Pemilu AS. Pada Desember 2023, survei Wall Street Journal (WSJ) menunjukkan bahwa Biden mendapat peringkat dukungan terendah selama hampir tiga tahun masa kepresidenannya. Sementara, kubu oposisi, Donald Trump yang diperangi secara hukum mendapatkan dukungan dalam upayanya untuk kembali ke Gedung Putih.
Publik AS menilai bahwa langkah-langkah Joe Biden dalam memberikan dukungan ke Israel, termasuk ke Ukraina, merugikan publik dalam negeri, terutama pada aspek ekonomi. Anggaran negara sebagian besar tersedot untuk kegiatan perang, sementara pengangguran dalam negeri meningkat 3,7 persen, inflasi tembus di angka 3,4 persen, dan dampak ekonomi lainnya.
Sementara itu pada pemilu Iran, kubu konservatif yang berkuasa saat ini harus mempertahankan untuk memenangkan Hamas dalam perang Palestina-Israel agar tidak kehilangan dukungan publik dan tidak memperoleh perlawanan dari kubu reformis. Iran begitu lama dikuasai oleh kelompok konservatif, sehingga gejolak apapun di luar negeri terkait Iran akan dimanfaatkan oleh kelompok reformis untuk menggantikan tampuk kepemimpinan.
Kewaspadaan Indonesia
Peperangan proksi telah bergeser menjadi peperangan antaraktor yang berseteru secara langsung. Itu artinya, kita harus siap-siap untuk dijadikan sebagai wilayah proksi berikutnya oleh para aktor-aktor peperangan tersebut. Jika kita bisa melihat gejala-gejala ini, maka NKRI dipandang potensial untuk dijadikan ladang proksi Palestina-Israel oleh para aktor di belakangnya.
Pertama, perang opini publik untuk mendukung Palestina maupun Israel. Media sosial menjadi sarana penting untuk penyebaran konten-konten tentang "kekejaman Israel", "kecurangan Hamas", dan tema-tema yang tendensius lainnya. Tidak jarang, konten-konten itu menyebarkan narasi palsu, hoaks, dan disinformasi.