Rencana Israel berpotensi kacaukan kondisi Ramadhan di Palestina
Rabu, 21 Februari 2024 10:39 WIB 1586
Menurut data dari laman lifeinsaudiarabia.net, Pertempuran Badar yang merupakan konflik fisik pertama umat Islam di Madinah, terjadi pada 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah, atau bersamaan dengan tahun 624 Masehi.
Selain itu, Pembebasan Makkah oleh pasukan Islam juga terjadi pada 20 Ramadhan tahun 8 Hijriyah (630 M), kemudian ada pula Pertempuran Ain Jalut antara Dinasti Mamluk dan penyerangan kaum kolonial Mongol tercatat pada 25 Ramadhan tahun 658 Hijriyah (1260 M). Berbagai palagan itu tercatat dimenangkan oleh pasukan Islam.
Dalam masa modern ini, dapat disebut misalnya Perang Yom Kippur pada 1973, yaitu konflik bersenjata antara Israel dan koalisi negara Arab yang dipimpin Mesir dan Suriah, pada 6-25 Oktober 1973, juga terjadi pada bulan puasa, atau tepatnya 9-28 Ramadhan.
Tidak hanya di Jalur Gaza, Otoritas Israel juga dikabarkan media setempat pada Minggu (18/2) bahwa telah terjadi kesepakatan untuk melakukan pembatasan akses ke Masjid Al Aqsa di Tepi Barat selama Ramadhan bagi masyarakat Palestina yang bermukim di Israel.
Pembatasan tersebut disetujui perdana menteri Benjamin Netanyahu berdasarkan rekomendasi menteri keamanan nasional Itamar Ben-Gvir yang berhaluan ekstrem kanan.
Padahal, dinas keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet telah memperingatkan bahwa langkah pembatasan tersebut akan dapat memperkeruh suasana di wilayah Tepi Barat.
Direktur Shin Bet Ronen Bar, seperti dikutip dari media Times of Israel, memperingatkan bahwa menerapkan pembatasan akan memicu reaksi kemarahan dan akan menguntungkan Hamas.
Namun, sejumlah peringatan itu sepertinya tidak diindahkan oleh pemerintah Israel yang dipimpin Perdana Menteri Netanyahu.
Pembatasan akses Al Aqsa
Sejak serangan Israel ke Jalur Gaza Oktober tahun lalu, polisi Israel terus membatasi akses Masjid Al Aqsa bagi masyarakat Palestina di Israel, khususnya bagi mereka yang mengikuti ibadah Shalat Jumat.