Madinah (ANTARA) - Muhammad Heppy (33) dan Hari Suhartono (58), tak kuasa menahan air matanya saat tiba di Masjid Nabawi untuk yang pertama kali, setelah harus melakukan perjalanan panjang di pesawat.
Keduanya yang tergabung dalam kelompok terbang embarkasi Surabaya (SUB) ini baru tiba sehari di Madinah saat tim Media Center Haji (MCH) menemuinya di pelataran Masjid Nabawi, Selasa.
Saat itu, dua calon haji ini tengah bersiap-siap melaksanakan Shalat Dzuhur di area luar Masjid Nabawi.
Baca juga: Seorang calon haji asal Lubuklinggau meninggal dimakamkan di Madinah
"Saya gemetar, saking gembira, senang, dan masih mempertanyakan kenapa saya bisa ke sini. Tidak pernah terpikir bisa ke sini," kata Heppy dengan dialek kentalnya.
Heppy adalah satu di antara jutaan orang yang mendapat panggilan Allah SWT. Namun sebenarnya, Heppy bukanlah calon haji terdaftar, ia menggantikan posisi ayahnya yang tidak bisa berangkat haji karena kondisi kesehatan yang sudah tidak memungkinkan berangkat.
Apalagi saat ini Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dan Kementerian Agama RI memasukkan syarat Istithaah kesehatan saat akan melakukan pelunasan biaya haji.
Baca juga: Pemkab Mukomuko subsidi akomodasi keberangkatan calon haji
Dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia bercerita bahwa perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ia bisa ke Nabawi dan akan ke Masjidil Haram di Makkah, tapi di sisi lain ia sedih karena impian ayahnya untuk pergi berhaji sirna.
Heppy mau tak mau menggantikan ayahnya yang terkena stroke, untuk menemani sang ibunda. "Semoga pahala yang harusnya diterima bapak bisa melalui saya," kata dia.
Senada dengan Heppy, Hari Suhartono pun merasakan getaran yang sulit digambarkan ketika menginjakkan kaki di Masjid Nabawi untuk yang pertama kali.
Perjuangan menabung dan menunggu selama 12 tahun lamanya, seolah terbayar tuntas. "Cukup terharu ternyata perjuangan, sabar, pasrah, itikaf, seperti terbayar gitu, mas," kata dia.
Jika dahulu dia hanya melihat kemegahan Masjid Nabawi melalui siaran televisi, kini ia menjadi salah satu anggota jamaah yang bisa beribadah langsung di Nabawi.
Baca juga: Jamaah disuguhi makanan khas Indonesia selama di tanah suci
Ia pun merasakan adagium bahwa setiap Muslim itu bersaudara, seperti yang disampaikan ustad-ustad yang ada di tempat tinggalnya.
Ketika di Nabawi, ia selalu menyapa maupun disapa dengan jamaah dari negara lain, kendati keterbatasan bahasa menjadi salah satu kendala.
"Di dalam (masjid) berbagai macam suku bangsa, saling ngasih salam," kata dia.
Bagi Heppy dan Hari, datang ke Tanah Suci dan bisa beribadah di Masjid Nabawi menjadi pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan dan akan menjadi cerita pengantar tidur bagi anak dan cucu-cucunya kelak.
Calon haji Indonesia gemetar melihat Masjid Nabawi
Rabu, 15 Mei 2024 14:30 WIB 1132