Awal musim hujan biasanya terjadi karena peralihan angin muson timur menjadi angin muson barat. Menurut BMKG, angin muson timur dari Benua Australia yang sifatnya kering dan memicu kemarau diprediksi masih aktif hingga November 2024, terutama di Indonesia bagian selatan.
Sementara angin muson barat dari Samudera Hindia yang basah dan menyebabkan banyak hujan akan datang lebih lambat dari biasanya.
Baca juga: Mayoritas wilayah Indonesia diguyur hujan pada Minggu
Baca juga: Pemprov Bengkulu imbau waspada penyakit ternak saat anomali cuaca 2024
Mengapa Juli Ini Masih Hujan?
BMKG menyatakan bahwa puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024. Namun, Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, mengungkapkan bahwa meski sudah musim kemarau, hujan masih dapat terjadi, walau dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian.
Tapi Tunggu! Hujan Lebat Diprediksi Akan Terjadi Lagi!
Guswanto menyebutkan adanya potensi peningkatan curah hujan yang signifikan dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah Indonesia. Dinamika atmosfer skala regional hingga global, termasuk aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial, berperan dalam mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua.
Andri Ramdhani, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, menegaskan bahwa kombinasi fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di sebagian besar wilayah Indonesia pada tanggal 5-11 Juli 2024. Wilayah-wilayah yang dimaksud meliputi Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.
Baca juga: BMKG prakirakan mayoritas wilayah di Indonesia cerah berawan
Baca juga: Riau semai garam di langit 6.400 kg
Waspadai Bencana Hidrometeorologi!
Andri menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir bandang, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.
Cuaca Ekstrem di Depok, Apa Penyebabnya?
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es di Sawangan, Kota Depok pada tanggal 3 Juli lalu disebabkan oleh awan Cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat konveksi kuat di wilayah tersebut.
Baca juga: BPBD Mukomuko butuh bantuan peralatan penanggulangan bencana
Baca juga: BNPB verifikasi usulan penanggulangan bencana di Mukomuko
Proses hujan terjadi karena kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer lapisan atas, dimana es yang terbentuk memiliki ukuran besar. Ketika es tersebut turun ke lapisan atmosfer yang lebih rendah dan hangat, terjadi hujan es, dimana suhu puncak awan Cumulonimbus mencapai minus 80 derajat Celsius.
Transisi musim yang sulit diprediksi membuat Anda yang sering beraktivitas di luar ruangan harus lebih berhati-hati dan siap mengantisipasi datangnya hujan!