Wilayah lain yang juga rawan adalah Desa Talang Ratu, Kecamatan Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong. Longsor yang terjadi pada April 2024 merusak jalan provinsi sepanjang 100 meter hingga tidak dapat dilalui kendaraan.
Kepala BPBD Kabupaten Lebong, Tantami, mengatakan meski telah dilakukan perbaikan dengan membuka jalur baru, mitigasi jangka panjang tetap diperlukan.
"Kerusakan jalan ini membutuhkan anggaran besar dan koordinasi dengan pemerintah provinsi," ujarnya.
Kondisi jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Lebong dengan Rejang Lebong ini hampir setiap musim hujan selalu tertimbun tanah longsor, tebing yang berada di sisi kiri dan kanan jalanan ini menjadi rapuh, mudah tergerus dan runtuh saat hujan deras turun dalam waktu lama.
Baca juga: BPBD Rejang Lebong siagakan peralatan penanggulangan bencana
Selain rawan bencana tanah longsor wilayah Kabupaten Lebong juga menjadi langganan banjir akibat meluapnya Sungai Ketahun.
Banjir ini tidak hanya merusak pemukiman penduduk juga infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan maupun sarana prasarana umum, juga lahan pertanian masyarakat.
Permasalahan lainnya yang menjadi ancaman serius ialah banjir, terutama di wilayah bantaran sungai dan dataran rendah. Intensitas hujan yang cukup tinggi pada saat ini dapat menyebabkan sungai meluap, menggenangi permukiman dan mengganggu kegiatan ekonomi.
Di beberapa daerah, banjir juga merusak infrastruktur yang ada di Kabupaten Lebong seperti jembatan gantung di wilayah Kecamatan Topos, Lebong Sakti, Uram Jaya, dan Beringin Kuning.
Berdasarkan data BPBD Provinsi Bengkulu, kerugian akibat bencana hidrometeorologi pada tahun 2024, mencapai lebih dari Rp250miliar, dengan terparah terjadi di kabupaten Lebong dengan kerugian sebesar Rp140 miliar, dan selebihnya tersebar ke kabupaten/kota lainnya.
Jumlah kerugian akibat banjir dan tanah longsor di provinsi Bengkulu pada tahun 2024 itu mengalami peningkatan dibandingkan kerugian akibat bencana pada 2023 yang ada di kisaran Rp200 miliar.
Langkah-langkah kesiapsiagaan
Menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi, BMKG Provinsi Bengkulu telah memberikan peringatan dini kepada masyarakat pada 10 kabupaten/kota.
Prakirawan BMKG, M. Akbar, menyebutkan bahwa curah hujan di wilayah Bengkulu cenderung meningkat dengan intensitas sedang hingga lebat.
Baca juga: DKP Rejang Lebong siapkan program berkebun di pekarangan rumah
"Kami memanfaatkan sistem Climate Early Warning System (CEWS) untuk memberikan informasi terkait potensi banjir dan cuaca ekstrem," katanya.
Selain itu, BMKG juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk menyampaikan informasi secara berkala melalui situs web, grup WhatsApp, hingga media sosial.
Langkah ini bertujuan agar pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya mendapatkan informasi yang akurat dan dapat bertindak cepat saat diperlukan.
Di tingkat daerah, BPBD Rejang Lebong telah menyiagakan personel dan peralatan pendukung di seluruh wilayahnya.
Sebanyak 156 desa dan kelurahan di kabupaten ini memiliki relawan BPBD yang siap membantu masyarakat.
"Kami juga menyiapkan peralatan seperti alat berat berupa satu unit loader dan satu unit mini excavator, pelampung, mobil dapur umum, logistik, dan obat-obatan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Rejang Lebong, Shalahudin.
Wilayah Kabupaten Rejang Lebong sendiri rawan bencana seperti tanah longsor, banjir, angin puting beliung serta letusan gunung berapi, serta rentan terjadi kebakaran hutan dan lahan terutama di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Kabupaten Rejang Lebong sendiri tercatat sebagai satu-satunya wilayah di Provinsi Bengkulu yang memiliki gunung api berstatus aktif yakni Gunung Api Bukit Kaba.
Pentingnya Peran Masyarakat
Selain langkah-langkah pemerintah, masyarakat juga memiliki peran penting dalam mitigasi bencana.