Mukomuko, Bengkulu (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mendorong para petani di daerahnya meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dengan salah satu caranya adalah memaksimalkan penggunaan pupuk kimia maupun organik.
Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Hari Mastaman saat dihubungi dari Mukomuko, Bengkulu, Sabtu, mengatakan saat ini harga pembelian TBS kelapa sawit di tingkat pabrik minyak kelapa sawit mencapai Rp3.000 per kilogram, tetapi produksi buah sawit turun drastis.
"Untuk itu, upaya yang harus dilakukan oleh petani untuk meningkatkan produksi buah sawit dengan cara memaksimalkan penggunaan pupuk agar produksi meningkat," katanya.
Dari 11 pabrik minyak kelapa sawit yang tersebar di sejumlah wilayah Kabupaten Mukomuko, sebanyak 10 pabrik di antaranya membeli TBS kelapa sawit dengan harga di atas Rp3.000 per kg, hanya satu pabrik membeli sawit petani sebesar Rp2.900 per kg.
Untuk meningkatkan produksi buah sawit, kata dia, petani selain memaksimalkan penggunaan pupuk, petani jangan mengambil buah sawit yang masih mengkal atau belum masak, karena berpengaruh terhadap produksi buah sawit.
"Kalau petani memanen buah sawit yang masih mengkal, maka konsekuensinya pada trip berikutnya buah sudah habis, atau petani tidak bisa panen lagi," ujarnya.
Untuk itu, ia menyarankan sebaiknya petani memanen buah sawit yang sudah masak, dan meninggalkan buah sawit yang masih mengkal untuk dipanen pada periode berikutnya.
Menurutnya, optimalisasi pemeliharaan tanaman kelapa sawit seperti itu merupakan solusi dalam mengatasi produksi buah sawit petani yang turun drastis sejak Desember 2024 karena buah sawit mengalami musim "trek" atau musim buah sawit yang sedikit.
Dia mengatakan saat ini produksi buah sawit petani di daerah ini turun dari biasanya sebesar satu ton per hektare sekali panen, kini petani hanya dapat 500 kilogram per ha.
Ia menambahkan ada juga petani di wilayah ini yang mendapatkan hasil panen buah sawit sebesar 600 kg hingga 700 kg per ha.
Penurunan produksi buah sawit petani di daerah ini, kata dia, berdampak terhadap pabrik minyak kelapa sawit karena jumlah buah sawit yang mereka olah menjadi CPO juga mengalami penurunan.
Dia mengatakan berdasarkan hasil pengecekan di sejumlah pabrik minyak kelapa sawit di daerah ini, rata-rata pabrik susah mencari buah sawit petani.
Ia mencontohkan PT Surya Andalan Primatama (SAP) yang biasanya mengolah sebanyak 400 ton hingga 500 ton per hari, sekarang hanya mengolah sebanyak 200 hingga 300 ton per hari.
Begitu juga dengan hasil pemantauannya di pabrik PT Sentosa Sejahtera Sejati, yang mengolah sebanyak 50 ton buah sawit atau turun dibandingkan sebelumnya 100 ton per hari.