Israel juga meminta para penyelenggara flotilla untuk menyerahkan bantuan kepada pihaknya agar bisa disalurkan ke Gaza melalui Dermaga Ashkelon. Tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh penyelenggara. “Jika kita percaya pada rezim yang sedang melakukan genosida untuk mengirimkan bantuan, itu artinya kita tertipu,” kata Avila.
Israel kemudian memperingatkan bahwa mereka akan mengambil langkah-langkah tegas jika armada itu tetap mencoba menembus blokade laut Gaza. Mereka menyebut blokade itu “sah” dan mengklaim akan melakukan segala upaya untuk menjamin keselamatan penumpang.
Flotilla Global Sumud terdiri dari 51 kapal yang berangkat dari bagian barat Laut Mediterania awal bulan ini. Misinya jelas: menembus blokade Israel dan menyalurkan bantuan kemanusiaan langsung ke Gaza. Armada ini diisi oleh aktivis internasional, pekerja bantuan, hingga tokoh publik seperti aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg.
Sebelum mencapai Yunani, armada ini juga pernah diserang drone saat berlabuh di Tunisia. Meski sempat terhambat, mereka tetap melanjutkan perjalanan. Aksi ini disebut sebagai gerakan damai untuk menarik perhatian dunia terhadap krisis kemanusiaan yang semakin parah di Gaza.
Baca juga: Kapal bantuan tujuan Gaza yang diserang di lepas pantai Malta
Baca juga: Stasiun oksigen diserang Israel, nyawa pasien RS di Gaza terancam
Ini bukan kali pertama para aktivis mencoba menyalurkan bantuan lewat jalur laut. Pada Juni dan Juli lalu, dua upaya flotilla serupa berhasil dihentikan Israel sebelum mencapai perairan Gaza. Namun para penyelenggara menegaskan, meskipun menghadapi ancaman berulang, mereka akan terus berusaha.
“Armada ini bukan hanya soal membawa bantuan, tetapi juga simbol perlawanan damai terhadap blokade yang telah mencekik dua juta lebih warga Gaza selama bertahun-tahun,” ujar seorang juru bicara flotilla dalam konferensi pers daring.
