Situasi di Gaza memang kian mengkhawatirkan. Blokade laut dan darat yang diberlakukan Israel telah membuat pasokan makanan, obat-obatan, hingga bahan bakar sangat terbatas. Ribuan warga sipil, termasuk anak-anak, mengalami kelaparan dan kekurangan akses medis.
Organisasi kemanusiaan internasional berulang kali mendesak Israel untuk membuka jalur bantuan tanpa hambatan, namun hingga kini seruan itu belum dipenuhi. Justru, setiap upaya pengiriman langsung lewat laut sering berujung pada intervensi militer.
Meski menghadapi ancaman drone, ledakan, dan propaganda, para aktivis di Global Sumud Flotilla menegaskan bahwa mereka akan tetap berlayar. “Kami tahu risikonya, tetapi penderitaan warga Gaza jauh lebih besar daripada rasa takut kami,” kata Avila.
Baca juga: Trump usulkan penarikan pasukan Israel, telat bagi Amerika selamatkan warga Gaza?
Baca juga: Dokter Australia ceritakan kepedihan warga Gaza: Kami tidak punya kain kasa atau pereda nyeri
Kisah flotilla ini sekali lagi menyoroti bagaimana blokade Gaza bukan hanya isu politik, tetapi juga masalah kemanusiaan yang memerlukan perhatian serius dunia internasional. Selama pintu masuk bantuan masih ditutup, perjuangan armada-armada seperti Global Sumud Flotilla tampaknya akan terus berlanjut, meski nyawa menjadi taruhannya.
