Bengkulu (ANTARA) - PO SAN berkolaborasi dengan Kepolisian RI, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Jasa Raharja menggelar program peningkatan budaya aman berkendara generasi muda, khususnya bagi pelajar.
"PT SAN Putra Sejahtera sebagai salah satu operator bus di Provinsi Bengkulu bersama pemangku kepentingan, yaitu Satlantas Polresta Bengkulu, Jasa Raharja dan kami libatkan juga KNKT, ingin memberikan edukasi kepada adik-adik, anak-anak untuk berkendara dengan aman dan bertanggung jawab," kata Direktur Utama PT SAN Putra Sejahtera, Kurnia Lesani Adnan di Bengkulu, Selasa.
Keselamatan di jalan raya masih menjadi isu penting di Indonesia. Berdasarkan data dari Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia (Korlantas Polri), sepanjang Januari hingga Juni 2025, tercatat sebanyak 70.749 kejadian kecelakaan lalu lintas dengan 11.262 korban meninggal dunia.
Angka itu memang menunjukkan penurunan 2,6 persen dibandingkan 2024, yang mencatat 72.638 kasus dengan 13.781 korban jiwa, namun tetap menjadi alarm serius bagi semua pihak untuk memperkuat komitmen terhadap keselamatan transportasi.
Kendaraan yang paling banyak terlibat kecelakaan lalu lintas adalah sepeda motor dengan angka 94.339 unit sepanjang Semester I 2025. Perilaku terbanyak pengemudi yang memicu kecelakaan adalah tak mampu menjaga jarak aman antar kendaraan.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap keselamatan transportasi itu pula lah, PT SAN Putra Sejahtera, pemilik Perusahaan Otobus Siliwangi Antar Nusa (PO SAN) menyelenggarakan seminar dan kampanye keselamatan lalu lintas bertajuk “Membangun Budaya Berkendara Aman dan Bertanggung Jawab” di Kantor Pusat SAN di Bengkulu.
Kurnia Lesani Adnan (Sani) menyampaikan bahwa kesadaran berlalu lintas harus dimulai sejak dini. Budaya berkendara yang aman dan bertanggung jawab bukan hanya soal aturan, tetapi soal moral dan kebiasaan. Kesadaran tersebut harus ditanamkan sejak kecil, dimulai dari keluarga dan diperkuat melalui pendidikan di sekolah.
"Melalui kampanye membangun budaya berkendara aman dan bertanggung jawab ini, PO SAN ini ingin membangun kesadaran masyarakat bahwa jalan raya adalah fasilitas umum yang ada dasar hukumnya, ada konsekuensi hukum saat menggunakan jalan," kata Sani yang juga Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) dan Plt Sekretaris Jendral DPP Organda.
Sani memaparkan salah satu penyebab utama tingginya angka kecelakaan lalu lintas adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keselamatan dalam berkendara.
Tidak jarang, orang tua membiarkan anak-anak mereka yang masih di bawah usia 17 tahun mengendarai sepeda motor tanpa perlengkapan keselamatan, tanpa pengetahuan yang cukup mengenai aturan berkendara di jalan raya, tanpa surat izin mengemudi, bahkan tanpa helm.
"Ketidakpatuhan di jalan raya ini berujung pada kecelakaan fatal, termasuk tabrakan dengan kendaraan besar seperti bus. Bahkan, yang tidak kalah mengkhawatirkan adalah anak di bawah umur mengendarai sepeda listrik di jalan raya," kata Sani.
Anak-anak di bawah umur, baik dengan sepeda motor maupun sepeda listrik ini tidak memiliki keahlian berkendara, tanpa pengetahuan cukup mengenai peraturan berlalu lintas, misalnya melawan arah, melanggar rambu dan lampu lalu lintas, surat kendaraan mati, memotong kendaraan lain tanpa jaga jarak aman, dan tidak menggunakan helm.
Menurut data Jasa Raharja, kecelakaan lalu lintas adalah pembunuh terbesar ketiga dan penyebab utama kematian anak usia 10-24 tahun atau dalam setiap jam ada 5 orang meninggal dunia sia-sia karena kecelakaan lalu lintas.
Banyak kasus menunjukkan bahwa akibat kelalaian pengendara pribadi, perjalanan kendaraan lain termasuk bus dan penumpang menjadi terganggu. Bahkan, pengemudi dan operator bus yang tidak bersalah sering kali harus menanggung kerugian besar.
Sani menjelaskan karena bus memiliki ukuran yang besar, membutuhkan jarak yang cukup panjang untuk bisa berhenti total saat pengereman yakni minimal jarak 5-10 meter. Sehingga, apabila ada kendaraan lain yang berhenti tiba-tiba di depan bus, seringkali kendaraan itu mengalami kerusakan yang cukup parah.
Selain itu, ukuran bus yang besar membuat banyak titik buta atau blind spot yang menyebabkan kendaraan lain, terutama kendaraan kecil tidak terlihat oleh pengemudi bus.
Wakil Direktur PT SAN Putra Sejahtera (PO SAN) Kurnia Lesari Adnan (Sari) mengatakan.melalui kampanye membangun budaya berkendara aman dan bertanggung jawab ini, PO. SAN berharap dapat menjadi bagian dari gerakan besar nasional untuk menumbuhkan budaya tertib berlalu lintas di Indonesia.
Kasatlantas Polresta Bengkulu AKP Aan Setiawan menyebutkan tingkat kecelakaan lalu lintas di Kota Bengkulu pada 2024 dan 2025 tertinggi dicatat dari kelompok remaja, para pelajar.
"Ada 330 kejadian kecelakaan di sepanjang 2025, korban 28 orang meninggal dunia, 153 luka berat dan 345 luka ringan. Korban dari kelompok umur 0-9 tahun 31 orang, 10-15 tahun 47 orang, kemudian 16-25 tahun sebanyak 146 orang atau 224 dari 526 korban lakalantas itu anak muda," kata dia.
Oleh karena itu, Kepolisian RI, kata dia, mengapresiasi upaya berbagai pihak dalam meningkatkan wawasan dan kesadaran anak muda dalam berkendara yang aman dan bertanggung jawab.
