Rejang Lebong (Antaranews Bengkulu) - Seorang warga Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, mengeluarkan uang hingga ratusan juta guna melestarikan rumah adat daerah itu.
Warga itu adalah Sri Astuti (50) yang kesehariannya berprofesi sebagai guru SDN 6 Rejang Lebong. Dirinya mengeluarkan uang lebih dari Rp100 juta untuk membeli rumah adat yang sudah nyaris roboh guna direhabilitasi seperti keadaan semula.
Yang saya beli ini adalah bahan-bahan rumah saja, jadi rumah ini dibongkar kemudian dipasang kembali di tempat yang baru. Saat dibeli kondisi atapnya sudah rusak, lantai dan dinding juga banyak rusak lantaran tidak dirawat, jelas Sri Astuti saat ditemui di lokasi rumah adat Suku Rejang di Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Minggu.
Rumah adat berusia 107 tahu yang dibuat pada tahun 1332 hijriyah atau 1911 masehi itu dibelinya seharga Rp32 juta. Rumah itu sendiri awalnya adalah miliki keluarga bangsawan yang bernama Haji Ali Hanafiah yang berada di Desa Kesambe Lama, Kecamatan Curup Timur.
Kemudian dirinya harus mengeluarkan biaya untuk pembongkaran, pemasangan kembali, serta perbaikan atau penggantian bahan-bahan bangunan yang menggunakan kayu berklas itu lebih dari Rp70 juta sehingga dirinya menghabiskan dana lebih dari Rp100 juta.
Rumah berukuran 9x22 meter ini dipindahkan dari lokasinya di Desa Kesambe Lama pada awal 2017 lalu diatas lahan miliknya di Desa Air Meles Atas dengan luasan mencapai 1/4 hektare.
Keberadaan rumah adat yang menyerupai rumah limas Palembang ini, mengundang perhatian orang yang lalu-lalang ditempat itu karena posisinya berada di pinggiran jalan lingkar menuju kawasan wisata Suban Air Panas, sehingga setiap hari banyak didatangi pengunjung yang ingin melihat-lihat atau sekedar melakukan swafoto.
Ini rumah adat Rejang Selupoak atau Rejang Musie, sekilas mirip dengan rumah limas Palembang tapi ornamen ukuran kayunya motif rayapan daun labung kuning atau peringgi. Kalau ukiran kayu rumah limas Palembang kebanyakan motif bunga teratai, ujarnya.
Dirinya tertarik melestarikan rumah adat suku Rejang ini lantaran keberadaannya mulai punah, sehingga dirinya memberanikan dirinya untuk membeli rumah adat ini.
Beruntung saat membeli rumah adat ini dirinya mendapat bantuan dari seseorang yang peduli rumah adat setempat sebesar Rp28 juta sehingga dirinya bisa memoles kembali bangunan itu mirip semula.
Bagi pengunjung yang akan datang ke rumah adat yang di dalamnya dilengkapi dengan berbagai perabotan kuno peninggalan masyarakat suku Rejang ini, Sri Astuti tidak menarik biaya, karena tujuannya ialah melestarikan rumah adat nenek moyang mereka sehingga tidak punah.
Warga upayakan pelestarian rumah adat suku rejang
Minggu, 15 Juli 2018 20:39 WIB 12981