Bengkulu (ANTARA) - Dalam kurun 12 tahun terakhir atau terhitung sejak 2007 hingga 2019 ini sudah 13 ekor harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) korban konflik dan perburuan telah diselamatkan petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung.
"Provinsi Bengkulu merupakan daerah yang menjadi salah satu target perburuan liar harimau Sumatera dan menjadi lokasi perdagangan ilegal bagian-bagian tubuh harimau," kata Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung, Donald Hutasoit, Senin.
Akibat tingginya angka perburuan liar dan perdagangan ilegal bagian tubuh harimau ini, dalam peringatan Hari Harimau Sedunia atau Global Tiger Day 2019, BKSDA bersama komunitas Tiger Heart Bengkulu yang merupakan komunitas binaan Forum HarimauKita akan mengadakan kemah dan sosialisasi kepada masyarakat yang rawan konflik dengan harimau di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Ulu Talo, Kabupaten Seluma pada 3 hingga 4 Agustus 2019.
Selain sosialisasi, peringatan hari harimau sedunia ini juga akan diisi dengan kegiatan penanaman 1000 pohon dan kampanye darurat jerat harimau serta pameran foto harimau korban jerat pemburu.
Donald mengatakan kurun 2007 hingga 2019 kasus konflik harimau yang tercatat sebanyak 13 kasus terbagi pada 2007 petugas menyelamatkan seekor harimau Sumatera korban jerat pemburu di kawasan perkebunan karet di Kabupaten Bengkulu Utara. Nahas salah satu kaki harimau ini terpaksa diamputasi. Pada 2008 giliran seekor anak harimau diselamatkan dari jerat pemburu di perkebunan karet di Kabupaten Bengkulu Tengah.
Lalu pada 2009 tim menyelamatkan harimau yang tertembak pemburu di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Akibat luka tembak yang cukup parah harimau tersebut terpaksa dikirim ke lembaga konservasi ek-situ.
Pada 2010 dan 2011 ada dua ekor harimau di Kabupaten Seluma terpaksa ditranslokasikan ke TWNC, TNBBS Provinsi Lampung karena konflik dengan masyarakat sekitar.
Pada 2011 seekor harimau korban jerat pemburu juga diselamatkan di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Pada 2012 dua ekor harimau korban perburuan diselamatkan di dua lokasi berbeda. Pertama di kawasan hutan produksi Air Rami, Kabupaten Mukomuko. Disana kedua kaki depan harimau terpaksa diamputasi karena jerat pemburu. Harimau tersebut dikirim ke lembaga konservasi eksitu. Beruntung harimau tersebut selamat dan saat ini telah berkembang biak.
Kedua di Kabupaten Lebong. Kaki harimau korban jerat, tembak dan tombak ini terpaksa diamputasi.
Pada 2013 dua ekor harimau korban perburuan diselamatkan di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Harimau korban jerat di Kerinci mengalami lumpuh pada kaki belakang akibat jerat yang melilit lehernya.
Pada 2014 dan 2015 BKSD Bengkulu kembali menyelamatkan dua ekor harimau korban jerat di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur. Terakhir pada 2019 seekor harimau korban jerat pemburu kembali diselamatkan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Provinsi Lampung.
Koordinator Tiger Heart Bengkulu, Sadik mengatakan peringatan hari Harimau Sedunia 2019 mengambil tema "Aksi Kita untuk Harimau Kita" mengajak masyarakat untuk bersama-sama melestarikan satwa langka itu.
"Kami berkolaborasi dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah untuk sosialisasi tentang mitigasi atau penanganan konflik antara manusia dan harimau," katanya.
BKSDA sebut jerat pemburu picu kepunahan harimau Sumatera
Senin, 29 Juli 2019 17:40 WIB 5026