Komjen Pol Anang Iskandar saat ini menjadi menjabat Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN). Namun dia bukan orang yang baru di badan ini karena sebelumnya ia menjabat sebagai Kapus Cegah Lakhar BNN dan Direktur Advokasi Deputi Cegah BNN.
Meskipun sudah pernah bertugas di BNN, Anang harus tetap bekerja keras untuk melakukan pemberantasan narkoba yang terus merebak di negeri ini. Karena peredaran gelap dan penyalahgunaan barang haram ini modus operandinya kian berkembang.
"Kalau hanya gerakan BNN atau pemerintah itu masih kurang, tapi harus ada gerakan pemerintah dan masyarakat secara kolektif," kata Anang.
Masalah yang penting di BNN adalah membangun keteladanan, karena keteladanan adalah rambu-rambu setiap pegawai BNN dan itu merupakan persoalan pertama. Sedangkan persoalan kedua adalah membangun "team building" supaya tidak saling menyalahkan, supaya tidak bentrok dan tidak cekcok, katanya.
"Permasalahan ketiga adalah membangun kemampuan untuk anak buahnya baik kemampuan berfikir maupun perilaku, selanjutnya membangun sukses berdasarkan tiga hal tadi," kata Pria kelahiran 18 Mei 1958 di Mojokerto, Jawa Timur ini.
Setiap kali ada penangkapan pecandu atau penyalah guna narkoba, hatinya menangis.
"Saya sedih ini dilematis. Di satu sisi, keberhasilan menangkap penyalah guna narkoba termasuk prestasi di kepolisian sesuai fungsi utama polisi sebagai penegak hukum, tapi di sisi lain, bagi yang tahu aturan sebenarnya, penangkapan itu malah menimbulkan keprihatinan," katanya.
Anang menyadari masih banyak kalangan belum memahami Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 yang memuat kebijakan strategis pemerintah RI perihal pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan peredaran narkoba (P4GN).
Hanya memberi
Anang adalah lulusan AKABRI tahun 1982. Saat baru lulus dari Akabri, Anang ditempatkan di Polda Bali, saat itu namanya masih Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) gabungan dari Polda Bali, Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), Polda NTT dan Polda Tim-Tim.
Beberapa jabatan pernah dipegang Anang diantaranya Kapolda Jambi, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Polri, Gubernur Akpol sampai menjabat Kepala BNN.
Beberapa penghargaan dari Polri diperoleh oleh Anang yang saat ini juga berstatus sebagai mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti diantaranya Satya Lencana, kesetiaan delapan tahun, Satya Lencana, kesetiaan 16 tahun, Satya Lencana, kesetiaan 24 tahun, Satya Lencana, Dwijasista, Satya Lencana, Yanautama dan Bintang Bhayangkara Nararya.
Sedangkan penghargaan lain yang diperolehnya diantaranya adalah penghargaan dari Gubernur Akabri Umum dan Darat sebagai peserta terbaik 3 Chandradimuka tahun 1978, penghargaan sebagai Insan Pengerak Pembangunan Indonesia Berprestasi tahun 2007 dan 2008 dan penghargaan dari Gubernur BI, atas prestasi mengungkap peredaran uang palsu.
Sebagai seorang pemimpin, Anang mengharapkan bawahannya menjalankan tugasnya dengan hati serta dibarengi tingkat kejujuran yang tinggi.
"Kita harus memberi petunjuk, memberi arahan untuk membangun sistem yang bagus dan dilakukan dengan hati dengan tidak meminta apa pun dari. masyarakat, tapi hanya memberi, memberi dan memberi," kata Anang.
Salah satu budaya tersebut yang dilakukannya dalam membangun BNN dan hal itu harus secara terus menerus.
Tukang potong rambut
Jarang ada yang mengetahui publik, kalau jenderal bintang tiga ini juga dapat memotong rambut orang secara profesional dan itu pernah ditekuninya.
"Apalagi saat menjalani pemdidikan di Akabri rata-rata senior saya pernah merasakan rambutnya pernah saya potong. Dan itu saya lakukan secara profesional," kata Anang.
Anang mewarisi darah seni dari ayah sebagai tukang potong rambut yang bernama Suyitno Kamari Jaya. Ketika kelas IV SD Negeri 6 Balonggari Mojokerto, sang jenderal ini sudah diperkenalkan alat-alat potong rambut.
"Dan pertama kali mencukur saya lupa persisnya kapan, tetapi yang saya ingat ketika itu bapak memperbaiki kamar mandi di rumah, saya dan teman saya yang bernama Tukiman Pedet ikut membantu," katanya.
Setelah selesai memperbaiki kamar mandi, teman saya dihadiahi cukur rambut, tetapi sang ayah justru meminta Anang kecil yang memotong rambut temannya. Sejak itulah dia mulai menyukai untuk seni potong rambut.
Selain itu, Anang juga hobi melukis dan fotografi. Hasil lukisannya yang ada yang laku terjual senilai Rp18 juta dengan judul "Jagone Dewo" yang dibeli orang di Mojokerto.
"Kemampuan mencukur rambut, fotografi dan melukis inilah yang sengaja saya siapkan untuk bekal dalam menjalani kehidupan setelah lulus SMA," kata Anang.
Saat memasuki tes Akabri, Anang muda sempat terjadi kegalauan di hatinya, karena dia hanya anak seorang tukang cukur. Pikiran itu yang membuatnya miris sewaktu menjakani tes.
"Anang gak mungkin masuk Akabrri karena yang masuk Akabri itu anaknya jenderal atau anaknya penggede yang banyak uangnya," kata Anang.
Kemudian pada saat pengumuman hasil seleksi dia dinyatakan lulus Akabri dengan nomor 43 dari 203 peserta yang dinyatakan lulus. Selanjutnya pencinta kuliner nasi pecel dan bakso ini menjalankan pendidikan dan pada 15 Maret 1982 dilantik sebagai Perwira Muda dengan upacara militer dengan inspektur upacaranya saat itu Presiden RI Kedua, Soeharto. (Antara)