Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Pengguna jalan lintas barat yang menghubungkan Bengkulu dengan Sumatra Barat mengeluhkan minimnya rambu-rambu lalu lintas, terutama di wilayah Urai-Serangai Kabupaten Bengkulu Utara yang tergerus abrasi pantai.
"Ada jalur yang sebenarnya tidak digunakan lagi karena sudah ambles terkena abrasi, tapi tidak ada rambu sehingga saya terlanjur masuk ke jalur itu," kata Hendi, yang membawa rombongan salah satu lembaga pemerintah dari Kota Bengkulu menuju Kabupaten Mukomuko, Sabtu.
Ia mengatakan tidak adanya rambu atau tanda apapun di jalur itu membuat sebagian pengendara seperti dirinya masih melaju di jalur tersebut padahal sangat berbahaya.
Kondisi sebagian jalan yang masih mulus membuatnya melajukan kendaraan dengan cepat, dan tepat di jalan yang sudah terkena abrasi, jalanan rusak sehingga memaksa kendaraan harus berjalan lambat.
"Disitu saya tahu bahwa badan jalan tinggal sedikit karena sudah ambles ke laut, lalu saya sadar jalur itu tidak digunakan lagi," katanya.
Ia mengatakan terdapat jalur alternatif yang sudah dibuat pemerintah untuk mengganti jalur yang terkena abrasi itu, namun karena tidak ada tanda atau rambu, ia menduga jalur lama masih dapat dilalui.
Kasus yang dialami Hendi kemungkinan besar masih akan terulang jika tidak ada rambu yang jelas tentang jalur yang sudah tergerus ombak itu.
"Kalau orang yang sudah sering melintas sudah tahu jalur itu tidak dipakai lagi, hanya satu dua kendaraan roda dua yang masih melintas, tapi bagi yang buta wilayah ini bisa terjun bebas ke laut," katanya.
Ia mengharapkan pemerintah segera membuat tanda bahwa jalur tersebut berbahaya bagi kendaraan roda empat untuk menghindari jatuhnya korban.
Jalan lintas barat yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan Sumatra Barat di wilayah Kecamatan Ketahun Kabupaten Bengkulu Utara itu memang sudah ambles akibat tingginya laju abrasi.
"Badan jalan tinggal seperempat karena sudah amblas akibat laju abrasi, jalur ini akan terputus," kata Sapudin, warga Desa Serangai Kecamatan Ketahun.
Sebelumnya kata dia, kondisi jalan yang nyaris amblas tersebut membuat warga berjaga di jalur tersebut dengan mengharapkan sumbangan dari pengguna jalan.
Namun, sejak jalur alternatif yang memotong kebun masyarakat dibangun pemerintah, warga tidak lagi berjaga di jalur itu.
"Tapi memang tidak ada tanda atau rambu yang menginformasikan kepada pengguna jalan bahwa jalur itu sudah ditutup, jadi masih ada beberapa pengguna jalan yang tidak tahu, bahkan pernah ada mobil travel yang terjun ke laut," katanya. (ANT)