Bengkulu (ANTARA Bengkulu) - Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengharapkan angkutan udara melayani Bengkulu-Jakarta tidak hanya terfokus pada angkutan penumpang, tetapi bisa mengangkut barang komoditi.
"Angkutan berbagai komoditi melalui udara akan menjadi prioritas karena lebih cepat, bila dibandingkan angkutan darat dan laut," kata dia di Bengkulu, Rabu.
Ia mengatakan, dengan adanya program angkutan komoditi melalui udara untuk mengundang minat investor menanamkan modalnya di sektor kelautan dan perkebunan.
Di sektor kelautan sebagian besar potensinya belum tergarap dan memerlukan industri ikan siap saji, selain itu industri turunan minyak mentah kelapa sawit juga belum ada.
"Bila maskapai penerbangan menawarkan angkutan komoditi lewat udara saya kira akan mendapat sambutan baik dari para investor lokal dan nasional untuk menenamkan modalnya pada industri hilir," katanya.
Pihaknya melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) mengundang para investor untuk membuat industri pengelolaan minyak mentah kelapa sawit (CPO) karena bahan bakunya cukup banyak di daerah itu.
Selaian itu pihak pelabuhan laut juga sudah meningkatkan sarana pendukung industri tersebut termasuk membangun terminal cair berkapasitas besar untuk melayani pengapalan minyak mentah kelapa sawit, ujarnya.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah asal Bengkulu Bambang Soeroso mengatakan, pihaknya tetap berupaya mendukung segala kebijakan Gubernur Bengkulu untuk membangun kesejahtraan masyarakat daerah itu.
Setiap usulan pencarian dana pembangunan Bengkulu di pusat, pihaknya bersama teman-teman memperjuangkan sampai berhasil termasuk masuknya maskapai PT Citilink dan sebentar lagi PT Garuda Indonesia ke Bengkulu.
Ia mengatakan, potensi Bengkulu yang belum tergarap antara lain sektor perikanan laut karena setiap tahun ada migrasi ikan tuna dalam jumlah besar melintasi perairan Bengkulu.
Potensi itu belum bisa digarap dengan profesional karena masih memerlukan dukungan masuknya investor baru, terutama pada industri ikan kalengan dan turunan minyak kelapa sawit, ujarnya.
Mantan Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Provinsi Bengkulu H Azadin Harun mengatakan, membangun industri turunan minyak kelapa sawit itu paling potensial adalah pemilik perkebunan itu sendiri.
Bila mendatangkan investor baru, dikhawatirkan terkendala bahan baku karena mereka tidak memiliki kebun, meskipun ada perusahaan mau menjual minyak mentahnya pada investor hilir itu tapi harganya tidak masuk dan cenderung tinggi.
Untuk mendukung pemilik perkebunan itu membuat industri hilir minyak mentah kelapa sawit, harus didukung dengan peraturan daerah (Perda) yang disyahkan DPRD setempat, tanpa dukungan itu akan mubazir, ujarnya.