Hanya di gubuk berukuran 2x3 meter itulah mereka berlindung, melepas penat setelah bekerja seharian. Badan mereka mesti disusun sedemikian rupa demi mencukupkan ruang antara alas tidur, perabotan dapur, dan tumpukan pakaian supaya semua bisa beristirahat.
Meski sudah dibuat se-nyaman mungkin, tapi mereka tak mampu menghindar dari dinginnya malam. Atap anyaman daun yang mengering dan pintu berlapis kain itu sudah semakin tak kuasa menahan guyuran hujan berikut hembusan angin perbukitan.
Marni mengatakan bahwa kondisi ini yang membuat putra bungsunya, Fadly, hampir setiap malam selalu merengek minta dipeluk untuk menghangatkan tubuhnya. Dalam renungan malam ia kerap menangis melihat kenyataan yang melanda sang buah hati.
Waktu berlalu hingga tak terasa nyaris tiga tahun sudah Marni dan anak-anaknya menghadapi hidup penuh kenestapaan, menghuni gubuk yang selalu basah saat hujan dengan sabar tak terhingga.
Tapi ada satu hal yang dapat dipetik dari kisah singkat keluarga ini. Meski menjadi orang tua tunggal tapi Marni tidak pernah sekalipun mengemis meminta kepedulian dari saudara atau warga lainnya untuk meringankan beban mereka.
“Sudah dikasih kesempatan bermukim dekat dengan saudara saya di sini, ya, sudah lebih dari cukup bagi saya,” kata dia.
Rumah baru dari Menteri Sosial
Kabar pilu keluarga itu akhirnya sampai ke telinga Menteri Sosial Tri Rismaharini, usai kehidupan mereka tersiar melalui laporan dari para pegiat media sosial.
Hal ini sungguh menjadi keniscayaan bagi keluarga itu karena dari penggalan foto, video singkat tersebut membuat Menteri Sosial Tri Rismaharini secara khusus berkunjung ke desa mereka untuk menemui Marni.
Semua perangkat desa, petugas dinas sosial daerah setempat mendadak berdatangan mempersiapkan kunjungan Menteri Sosial itu ke Bumi Batetangnga, pada 2 Juli 2024.
Beberapa jam sebelum Menteri Risma tiba siang itu, sejumlah mobil bak terbuka berlalu lalang melintasi jalan desa membawa segala perabotan rumah tangga, sembako, mainan anak-anak, hingga tenda terpal untuk dipasang di gubuk Marni yang alakadarnya itu.
Bahkan bukan hanya itu saja, bantuan yang ditujukan kepada Marni. Kepala Desa Batetangnga, Sumailah Damang datang membawa kabar gembira, ada satu unit rumah yang disiapkan untuk Marni yang berjarak 200 meter dari gubuknya .
Ternyata hal ini pula yang membuat Marni untuk pertama kalinya dipanggil oleh Kepala Desa dua hari lalu, yakni membuat berkas administrasi kependudukan setelah pulang dari perantauan untuk diverifikasi dengan alamat baru.
Rumah bata dengan dua kamar yang berukuran 6x10 meter persegi dengan luas lahan 320 meter persegi itu sudah dibeli secara kontan senilai Rp130 juta oleh Kementerian Sosial.
Rumah tersebut sudah bisa langsung dihuni keluarga Marni, lengkap dengan listrik, panel surya berdaya 100 watt, alat pertanian, ayam ternak dan bibit ikan lele yang siap dikembangbiakkan.
Butuh peran aktif Pemda
Ucapan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah peduli menyuarakan getirnya kehidupan Marni, menjadi kalimat yang terus diungkapkan Menteri Sosial dalam kunjungannya.