Jakarta (ANTARA) - “Pendidikan merupakan penyeimbang sosial yang dapat mengurangi kesenjangan di masyarakat." Pemikiran itulah yang melandasi Ki Hajar Dewantara untuk mendirikan Perguruan Taman Siswa agar anak-anak bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan.
Namun, 65 tahun setelah kepergian Bapak Pendidikan Nasional tersebut, kesenjangan masih ditemukan di tengah masyarakat, bahkan di sektor pendidikan itu sendiri.
Kondisi itu pula yang kemudian melatarbelakangi program "Pegadaian Peduli Pendidikan melalui Transformasi Sekolah" yang bertujuan untuk melakukan pemerataan pendidikan serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan bermutu.
Baca juga: Dibantu Pegadaian, kini anggota Slankers bisa bikin pupuk sendiri
Projek percontohan dari program tersebut diselenggarakan sejak Mei hingga Oktober 2024 yang diikuti oleh 14 kepala sekolah, 30 guru, dan empat staf pengawas dari tujuh sekolah jenjang SD di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.
Assistant Vice President PT Pegadaian Mery Andriati Surya mengatakan bahwa kota tersebut dipilih sebagai lokasi percontohan karena sarana penunjang dan kualitas pembelajaran yang belum merata.
Berdasarkan data Neraca Pendidikan Daerah (NPD) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Tahun 2023, satu sekolah dari total 571 satuan pendidikan di wilayah tersebut belum teraliri listrik. Sementara itu, sebanyak 102 sekolah tidak memiliki akses internet.
Hal tersebut membuat sektor pendidikan di Kota Bengkulu menghadapi sejumlah tantangan, seperti kurangnya aksesibilitas terhadap materi pendidikan yang berkualitas serta minimnya pemanfaatan teknologi dalam proses mengajar.
Baca juga: Upaya bersama untuk mengantisipasi ancaman longsor ibu kota
Kondisi tersebut memengaruhi pula akreditasi sekolah-sekolah di wilayah itu. Sebagian besar lembaga pendidikan di Kota Bengkulu berakreditasi B dan C, bahkan beberapa belum terakreditasi.
Lembaga pendidikan yang memiliki akreditasi A baru mencapai 35,04 persen di tingkat SD; 48,08 persen di tingkat SMP; 59,26 persen di tingkat SMA; 20 persen di tingkat SMK; 5,83 persen di tingkat PAUD; serta 5,56 persen untuk Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP).
Sementara Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan SLB belum satupun yang terakreditasi A.
Peningkatan kompetensi
Tidak hanya kondisi sarana dan prasarana fisik penunjang pendidikan, kompetensi tenaga pendidik di Kota Bengkulu ternyata juga perlu diperkuat.
Menurut NPD Kemendikbudristek Tahun 2023, dari total 885 orang tenaga pendidik, sekitar 537 orang di antaranya belum tersertifikasi.
Sementara itu, dilansir dari NPD Kemendikbudristek Tahun 2020, rata-rata nilai uji kompetensi guru di Kota Bengkulu hanya sebesar 54,13, di bawah standar nasional yang mencapai nilai 55.
Baca juga: Bambu nan adaptif
Untuk mengatasi tantangan tersebut, program transformasi sekolah Pegadaian berfokus pada peningkatan kompetensi guru dan tim manajemen sekolah melalui serangkaian sesi pelatihan secara hybrid dengan metode swapacu (self-paced) pada pelantar Guru Binar.
Para guru diberikan pelatihan pembelajaran berdiferensiasi, metode dan teknik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, penyusunan modul ajar, pembuatan media pembelajaran yang interaktif, serta pemanfaatan media belajar digital.
Pelatihan tersebut diharapkan dapat mendukung implementasi Kurikulum Merdeka serta meningkatkan aksesibilitas dan fleksibilitas demi proses pembelajaran yang adil, merata, serta menyenangkan bagi seluruh siswa.
Yulia Sari, salah satu tenaga pendidik di SDN 01 Kota Bengkulu yang mengikuti program tersebut mengatakan bahwa berkat pelatihan yang diberikan, kini para siswanya terlihat lebih antusias dalam mengikuti kegiatan di kelas karena pembelajaran terjadi dua arah dengan media yang interaktif berdasarkan materi pelatihan yang didapatkan sebelumnya.
Diterapkan pula strategi pembelajaran kooperatif melalui model pembelajaran jigsaw dan round robin brainstorming yang dinilai seru oleh para murid, sehingga membuat mereka bersemangat dalam belajar.
Berbagai metode interaktif dan inovatif tersebut pun memberikan dampak yang positif pada hasil evaluasi pembelajaran para siswa.
Sementara untuk tim manajemen sekolah, program tersebut berfokus pada pelatihan analisa rapor pendidikan untuk penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), peningkatan kompetensi manajerial dan supervisi bagi kepala sekolah, serta perencanaan kegiatan berbasis data.
Kepala Sekolah SD Negeri 75 Kota Bengkulu Puryanti menyatakan bahwa dengan mengikuti program tersebut, tim manajemen sekolah tempat ia bertugas dapat bekerja lebih efektif dalam perencanaan strategis sekolah serta pembuatan program untuk peningkatan mutu sekolah.
Tidak hanya pengembangan kompetensi, pelatihan tersebut juga dapat membantu meningkatkan karir peserta.
Baca juga: Satu tahun Tragedi Kanjuruhan
Pada akhir setiap sesi pelatihan, para peserta mendapatkan sertifikat bernilai 32 Jam Pelatihan (JP) yang dapat digunakan untuk penambahan 4 poin untuk Rencana Hasil Kerja (RHK) pada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) setiap tenaga pendidik.
Jika para peserta menyelesaikan semua sesi pelatihan, maka mereka bisa memperoleh 108 poin yang dapat menunjang kenaikan pangkat mereka.
Selain itu, Pegadaian juga peduli terhadap kesejahteraan para peserta pelatihan dengan memberikan tabungan emas senilai Rp200 ribu per orang.
Pelaksanaan ESG
Program yang dijalankan Pegadaian melalui kolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bengkulu, Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bengkulu, serta Putera Sampoerna Foundation tersebut tidak hanya membantu meningkatkan kompetensi para tenaga pendidik, tapi juga mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip environmental, social, and governance (ESG) oleh perseroan.
Program tersebut terutama terkait dengan prinsip social, yakni kepedulian perseroan terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasionalnya.
Pendidikan menjadi salah satu isu sosial yang amat krusial saat ini, mengingat pemerintah Indonesia tengah berupaya untuk mengoptimalkan bonus demografi dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) nasional demi mencapai Indonesia Emas 2045.
Isu tersebut juga menjadi perhatian global melalui penerapan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) nomor 4, yakni Pendidikan Berkualitas.
Baca juga: Melestarikan tulisan tangan saat teknologi menawarkan kemudahan
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, guru pun menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan generasi muda yang kompeten, sehingga mereka perlu mendapatkan pengembangan kapasitas dan pengetahuan secara berkelanjutan.
Melalui program tersebut, Pegadaian berupaya untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat yang berkualitas dengan memastikan aksesibilitas dan inklusivitas pendidikan, meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam aktivitas belajar dan mengajar, serta mengatasi ketimpangan pendidikan.
Perseroan pun mencoba untuk memperluas manfaat dari program tersebut melalui diseminasi pengetahuan dengan melibatkan para peserta program untuk berbagi pengalaman dengan guru-guru dari sekolah lain di sekitar mereka, bahkan dari provinsi lain, salah satunya Jawa Timur.
Baca juga: Menyusuri perdagangan antarnegara di perbatasan
Selain itu, program transformasi sekolah tersebut rencananya juga akan dilaksanakan di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai Oktober mendatang, bekerja sama dengan PT Garuda Indonesia Tbk.
Dengan semakin luasnya cakupan program tersebut, diharapkan dapat membantu pemerintah menyediakan akses terhadap pendidikan berkualitas yang lebih merata di seluruh wilayah Tanah Air demi mengurangi kesenjangan di tengah masyarakat, seperti cita-cita Ki Hajar Dewantara.