Kota Bengkulu (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu menyatakan bahwa oknum guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di lingkungan pemkot setempat terancam dipecat jika terbukti bersalah melakukan kekerasan seksual di lingkungan sekolah.
Kepala Dinas Dikbud Kota Bengkulu A Gunawan di Bengkulu, Jumat, mengatakan jika terbukti secara sah berdasarkan hasil putusan dari Pengadilan Negeri, yang bersangkutan akan diberikan sanksi sesuai aturan dan paling berat yaitu pemecatan.
Baca juga: Kekerasan seksual oleh oknum guru PPPK di Bengkulu, Mensos minta kasus diusut tuntas
"Berkaitan dengan kasus tersebut, ada salah satu tenaga PPPK kita yang saat ini prosesnya sudah di pengadilan. Maka, kita lihat apakah yang bersangkutan betul-betul bersalah atau seperti apa," ujar dia.
Ia menerangkan bahwa sanksi yang diberikan kepada oknum guru tersebut akan sesuai dengan putusan pengadilan, dan Dinas Dikbud Kota Bengkulu akan memberikan sanksi sesuai dengan regulasi yang ada.
Beberapa waktu lalu, Menteri Sosial (Mensos) RI Saifullah Yusuf atau biasa disapa Gus Ipul meminta agar pelaku kekerasan seksual di lingkungan sekolah yang dilakukan oleh PPPK di lingkungan Pemkot Bengkulu agar diberi hukuman seberat-beratnya.
"Harus disanksi, enggak boleh lagi itu. Kita harus cegah sedemikian rupa dan kalau ada harus dihukum seberat-beratnya," ujar dia.
Baca juga: Jeritan keadilan: JPPB bersikap tegas terhadap kasus kekerasan seksual anak oleh guru PPPK
Untuk itu, ia meminta agar kasus hukum pihak terkait seperti kepolisian untuk memastikan jika aksi yang dilakukan oleh oknum guru PPPK di Kota Bengkulu berinisial MA pada September 2024, harus terus berjalan.
Sebelumnya, tim Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Kepolisian Resor Kota (Polresta) Bengkulu menangkap MA (31) terkait kasus kekerasan seksual terhadap anak di sekolah dasar (SD), yaitu M (11) pada 18 September 2024.
Kasi Humas Polresta Bengkulu Iptu Endang Sudrajat mengatakan bahwa pelaku berprofesi sebagai PPPK di sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, kasus tersebut bermula ketika pelaku yang berada di gedung usaha kesehatan sekolah (UKS) dan korban berniat mengambil minyak kayu putih, karena mengalami sakit perut dan terjadi tindakan kekerasan seksual tersebut.