Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengaku optimistis Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dilaksanakan dengan baik dapat memberikan dampak nyata bagi bangsa, seperti mempercepat penurunan angka stunting.
"Dengan pengawasan ketat, pemanfaatan sumber daya lokal, serta komunikasi dan edukasi kepada masyarakat, saya optimis program ini akan berjalan lancar dan memberikan manfaat nyata bagi bangsa," kata Kurniasih seperti dikutip dari keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Dia mengharapkan Program MBG mampu menurunkan prevalensi stunting di Indonesia hingga berada di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 20 persen, pada tahun pertama pelaksanaannya.
Diketahui pada tahap awal Program MBG akan menyasar sekitar 3 juta penerima manfaat dalam tiga bulan pertama, dengan target meningkat menjadi 6 juta penerima pada tiga bulan berikutnya.
Penerima manfaat meliputi anak-anak usia PAUD hingga SMA, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Untuk mendukung pelaksanaan, sebanyak 937 dapur umum telah disiapkan. Masing-masing dapur umum itu mampu memproduksi 3.000–3.500 paket makan bergizi setiap hari.
Pemberian Makan Bergizi Gratis per porsi telah disesuaikan dengan kebutuhan kalori yakni sebesar 600 kalori untuk siswa SMP dan 300 kalori kepada siswa SD.
Dokter spesialis gizi klinik lulusan Universitas Indonesia Luciana B. Sutanto mengatakan besaran kalori yang ada pada menu Makan Bergizi Gratis sudah sesuai dengan pedoman gizi seimbang sekali makan.
Lebih jauh Kurniasih juga menyoroti Program MBG tidak hanya berdampak pada peningkatan gizi anak bangsa, tetapi juga ekonomi.
Menurutnya, dengan memanfaatkan sumber daya lokal seperti hasil pertanian dan peternakan setempat, program itu diharapkan dapat mendorong kebangkitan ekonomi pedesaan dan mencegah terjadinya surplus panen yang terbuang.
"Program ini juga berpotensi membuka lapangan pekerjaan baru, mulai dari dapur umum, pengemasan makanan, transportasi, hingga pengawasan di lapangan. Ini menjadi solusi di tengah tingginya angka pengangguran," kata Kurniasih.