Jakarta (ANTARA) - Julukan atau sebutan khas sering kali menjadi representasi identitas, sejarah, dan budaya suatu daerah. Begitu pula dengan Bengkulu, provinsi yang dikenal memiliki kekayaan alam serta warisan sejarah yang khas. Namun, perubahan julukan resmi dari “Bumi Rafflesia” menjadi “Bumi Merah Putih” menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya warganet.
Pergantian julukan ini menandai adanya dinamika baru dalam cara provinsi Bengkulu diidentifikasi di tingkat nasional. “Bumi Merah Putih” kini menjadi slogan resmi, menggantikan julukan lama “Bumi Rafflesia” yang telah lama melekat di hati masyarakat.
Namun, tidak semua pihak sepakat. Kritik dan penolakan terhadap julukan baru ini muncul di media sosial, terutama di platform TikTok. Salah satu komentar yang viral datang dari akun @TANWIJAY** pada video unggahan medsos menyatakan berikut:
“Bumi Rafflesia harga mati, mau kau ganti Merah Putih itu urusan gubernur. Yang jelas aku tetap menyebut Bengkulu Bumi Rafflesia.”
Banyak generasi muda juga turut menyuarakan pendapatnya. Mereka mempertanyakan makna dan kedalaman dari julukan baru tersebut. Akun TikTok @agif_** mengunggah video yang menampilkan komentar dari pengguna lain,
“Apalah arti sebuah nama (kalau hanya sekadar nama). Tapi kalau untuk ikon, ya harus punya makna mendalam, mengandung suatu ciri khas dan semangat.”
Kata Gubernur
Sebelumnya dalam beberapa kesempatan Gubernur Bengkulu Helmi Hasan menekankan pentingnya menggunakan julukan Bumi Merah Putih untuk provinsi yang kini ia pimpin. Hal ini untuk menekankan pentingnya kehormatan Bengkulu sebagai tempat lahirnya Sang Saka Merah Putih yang dijahit langsung oleh istri Presiden Soekarno, Fatmawati.
Menggunakan istilah Bumi Rafflesia, menurut dia, terkesan melestarikan peninggalan penjajahan Inggris di Bengkulu.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu menyoroti istilah Bumi Merah Putih sebagaimana digaungkan dosen Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno (UIN-FAS) Bengkulu.
"Gagasan penamaan Bengkulu sebagai Bumi Merah Putih merupakan ide luar biasa yang sebelumnya telah diinisiasi oleh Gubernur Bengkulu terpilih 2025-2030, Helmi Hasan," kata Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Bengkulu, Haryadi.
Menurut dia, penamaan tersebut akan memperkuat identitas Bengkulu, mengingat kaitannya dengan sejarah berdirinya provinsi itu serta lahirnya bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Sebagai putri terbaik Bengkulu, Ibu Fatmawati berperan besar dalam menjahit Sang Merah Putih, sehingga ini menjadi alasan kuat bagi kami mendukung gagasan ini," kata Haryadi.
Sementara itu, Rektor UIN-FAS Bengkulu Prof. Zulkarnain menyampaikan pemantapan sebutan Bengkulu sebagai Bumi Merah Putih diharapkan dapat menjadi energi positif yang mendorong kemajuan dan daya saing provinsi ini di masa depan.