Picasso menyelesaikan lukisan itu pada Juli 1943, tak lama sebelum hubungannya dengan Maar berakhir. Kala itu, Maar sudah mengetahui bahwa Picasso akan meninggalkannya demi seniman muda Françoise Gilot. Setelah selesai, lukisan tersebut sempat dipamerkan di studio Picasso di Rue des Grands Augustins, Paris, sebelum akhirnya dijual ke seorang kolektor pada Agustus 1944.
Sejak saat itu, lukisan hanya diketahui keberadaannya melalui foto hitam putih dalam katalog seni. Kolektor yang membeli karya itu memilih menyimpannya secara pribadi, dan baru kini ahli warisnya memutuskan untuk melepasnya. Identitas keluarga penjual sengaja dirahasiakan untuk menjaga privasi.
Juru lelang Christophe Lucien menyebut penemuan ini sebagai peristiwa bersejarah. Menurutnya, lukisan tersebut bukan hanya mahakarya Picasso, tetapi juga simbol cahaya di tengah kelamnya masa pendudukan Nazi. “Para ahli seni sudah lama tahu keberadaan lukisan ini dari foto lama, namun baru kali ini kita bisa melihat keindahan warnanya secara langsung,” jelasnya.
Balai lelang Lucien Paris memperkirakan nilai lukisan itu sekitar 8 juta Euro atau setara Rp135 miliar. Namun, mengingat keunikan dan sejarah di baliknya, harga akhir saat pelelangan pada 24 Oktober mendatang diyakini bisa jauh lebih tinggi. Sebelum dilelang, karya ini akan dipamerkan selama tiga hari agar publik bisa melihat langsung.
Kisah Dora Maar dan Picasso menjadi bagian penting dalam sejarah seni modern. Maar bukan sekadar muse, ia juga seorang seniman berbakat yang berpengaruh pada gaya Picasso. Dengan ditemukannya kembali lukisan ini, publik tak hanya disuguhi potret langka Dora Maar, tetapi juga sepotong kisah cinta, konflik, dan kreativitas yang mewarnai perjalanan hidup salah satu seniman terbesar abad ke-20.
