Memaknai Hari Raya Saraswati, turunnya ilmu pengetahuan ke bumi
Jumat, 19 Mei 2023 10:56 WIB 1812
Dalam Lontar Sundarigama memang terdapat penjelasan bahwa pada saat Hari Saraswati berlangsung, dikatakan tidak boleh belajar karena pada hari itu hanya digunakan untuk mengupacarai sumber pengetahuan seperti buku atau lontar.
Itu memang benar, namun perlu dijelaskan lebih mendalam lagi bahwa Lontar Sundarigama menyatakan bahwa Hari Suci Saraswati dilakukan setengah hari, yakni dari pukul 6 pagi sampai pukul 12 siang.
"Jadi kita tidak boleh belajar sampai pukul 12 siang saja. Pada saat malam hari kita dianjurkan untuk rembug sastra dengan guru untuk menerima pengetahuan dan meminimalisasi salah tafsir karena belajar sendiri,” ungkap Hari Mukti.
Melalui hal ini, masyarakat diharapkan untuk senantiasa bersukacita dan melaksanakan pemujaan dengan hati yang tulus dan murni untuk memohon rahmat sang dewi pengetahuan atau Sang Hyang Aji Saraswati.
Penuturan tersebut berisi tentang hal-hal apa saja yang dapat dilakukan ketika merayakan Hari Saraswati, yakni dengan membersihkan berbagai sumber ilmu seperti buku, lontar, alat tulis, dan lain sebagainya.
Setelah itu beberapa sumber pengetahuan dapat disusun dengan rapi dan dapat diletakkan sesajen seperti “canang sari” ataupun banten khusus Saraswati di atasnya.
Hari raya ini berpatokan dengan Lontar Sundarigama yang dikatakan bahwa banten atau sesaji yang wajib ada dalam perayaan ini adalah peras, suci, daksina, penek, ajuman, sesayut Saraswati, sagara gunung, perangkatan putih kuning, canang wangi, dan daging itik. Banten lainnya dapat ditambahkan sesuai kemampuan dan yang terpenting adalah niat dan ketulusan.
Jika semua kebutuhan persembahyangan sudah terpenuhi, dilanjutkan dengan melakukan persembahyangan dengan melantunkan mantra khusus Saraswati. Sehari setelah hari raya ini, umat Hindu akan melakukan tradisi Banyupinaruh dengan datang pada pagi hari sebelum Matahari terbit ke sumber-sumber air terdekat seperti pantai, sungai, dan sumber mata air lainnya untuk menyucikan diri.
Pelaksanaan Hari Raya Saraswati tidak hanya dilakukan oleh para siswa namun semua kalangan masyarakat Hindu. Ini menandakan bahwa sebagai manusia yang dilahirkan dengan derajat yang lebih tinggi dari hewan, tumbuhan, dan makhluk dunia bawah seperti “bhuta kala”, memiliki pengetahuan tinggi yang harus selalu diasah.
Hari Saraswati tidak hanya diperingati setiap enam bulan sekali karena manusia harus mampu merealisasikan diri hari suci ini dengan mengamalkan ilmu pengetahuan dengan bersungguh-sungguh.
Bahkan peringatan Hari Saraswati tidak hanya dilakukan oleh warga Hindu di Bali maupun Indonesia, tetapi juga dilakukan oleh warga Hindu di negara lain seperti Jepang, Jerman, Belgia, Belanda, India, dan Amerika Serikat dengan cara perayaan yang sesuai dengan kebudayaan setempat.
Update Berita Antara Bengkulu di Google News