Kemenangan Erdogan berpotensi perkuat "status quo" perang di Ukraina
Selasa, 30 Mei 2023 13:58 WIB 2684
Misalnya, laman newsweek.com menyatakan bahwa Turki telah berperan penting dalam meredakan konflik karena kerap menjadi mediator antara Kiev dan Moskow.
Menurut Newsweek yang merupakan media dari AS itu, Erdogan telah melaksanakan dengan baik antara dukungan kepada Ukraina di satu sisi, tetapi di sisi lainnya juga mempertahankan hubungan diplomatik yang erat dengan Rusia.
Erdogan mengecam invasi Rusia ke Ukraina sebagai "tidak bisa diterima", tetapi dia juga menyuarakan kritik kepada tanggapan yang diberikan pihak Barat kepada perang tersebut.
Selain itu, Erdogan juga menolak penerapan sanksi ekonomi kepada Rusia. Pemerintah Turki juga menyediakan bantuan drone atau pesawat nirawak kepada militer Ukraina.
Namun, Newsweek mengingatkan bahwa kemenangan Erdogan akan menjamin keberlanjutan dari status quo dari kondisi peperangan di Ukraina, yang hingga kini masih belum tampak jelas bagaimana akhirnya.
Sementara itu, BBC mengingatkan bahwa Erdogan menjadi penengah yang mengakibatkan Rusia mengakhiri blokade terhadap pengiriman biji-bijian Ukraina.
Perjanjian yang disebut Inisiatif Biji-Bijian Laut Hitam itu mengakibatkan produk pertanian dari Ukraina itu dapat terkirim ke berbagai kawasan lainnya di dunia.
Menurut BBC, Erdogan yang selama bertahun-tahun telah menjalankan kebijakan luar negeri yang independen mengakibatkan dirinya dapat membuat hubungan yang bersifat tawar-menawar dengan berbagai pihak.
BBC juga menyatakan pemahaman Erdogan saat ini adalah untuk membuat Turki menjadi hebat kembali.
Senada, peneliti tamu di Pusat AS dan Eropa di Brookings Institution (lembaga pemikir berbasis di Washington DC) Asli Aydintasbas, seperti dikutip dari vox.com, berpendapat bahwa Erdogan mengidamkan hegemoni seperti Kekaisaran Turki di zaman dahulu.
Menurut Aydintasbas, Erdogan percaya bahwa Turki ditakdirkan untuk kembali menjadi kekuatan global utama pada abad ke-21.
Tentu saja, kebijakan luar negeri yang independen dan terlepas dari pengaruh negara-negara Barat pada saat ini tidak hanya dilakukan oleh Turki.
Selain Turki, kebijakan yang bersifat tidak selalu manut atau patuh dengan keinginan Barat juga ditunjukkan oleh sejumlah negara lain seperti Brazil dan India.
Terutama terkait dengan konflik antara Rusia dan Ukraina, negara-negara tersebut berupaya untuk mencari keseimbangan antara Rusia dan pihak Barat.
Namun, Erdogan memiliki sejumlah keunggulan karena Turki adalah salah satu negara anggota dari NATO, yang selama ini kerap dilihat sebagai blok militer utama dari pihak Barat.
Keinginan transaksional
Aydintasbas berpendapat bahwa Erdogan memiliki keinginan yang transaksional tetapi bukannya tidak rasional sehingga Erdogan juga menginginkan penawaran baru dengan Barat.