Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, tetap melakukan pemantauan dan deteksi dini penyakit frambusia dan filariasis, meski daerah ini sudah mendapatkan penghargaan bebas dari dua penyakit tersebut dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
"Kita tetap berusaha memantau dan mendeteksi, kalau kalau masih ada diobati," kata Kepala Dinkes Kabupaten Mukomuko Bustam Bustomo di Mukomuko, Rabu.
Ia mengatakan hal itu setelah daerah ini menerima dua sertifikat bebas penyakit filariasis atau kaki gajah dan frambusia dari Kemenkes di Jakarta, Selasa, yang diterima oleh Wakil Bupati Mukomuko Wasri didampingi pihak Dinkes Mukomuko.
Pihaknya akan selalu melakukan pemantauan di semua puskesmas yang menjadi tempat berobat warga di daerah in, dan bisa saja terjadi ada lagi kasus.
"Kalau sekarang secara umum dinyatakan bebas frambusia dan kaki gajah karena daerah ini selama lima tahun berturut-turut tidak ada kasus," ujarnya.
Selain itu untuk mendapatkan pelayanan pengobatan dari fasilitas kesehatan di daerah ini, katanya, sebagian warga sudah ada BPJS Kesehatan.
Pihaknya akan menjaga dan mempertahankan predikat itu agar tidak ada lagi kasus frambusia dan kaki gajah di daerah yang berjuluk "Kapung Sati Ratau Batuah".
Sementara itu ia menyebutkan 1.020 orang yang tersebar di 30 desa menjadi sasaran survei penyakit kaki gajah.
Petugas Dinkes setempat terakhir menemukan ada satu warga dai Desa Tanah Rekah, positif terkena penyakit kaki gajah pada tahun 2017. Meski warga yang berusia 35 tahun tersebut positif kaki gajah, tingkat infeksi dalam tubuhnya belum begitu parah.
Kemudian Mukomuko ditetapkan bebas dari penyakit frambusia atau infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue karena sejak tahun 2018 sampai sekarang.
Selain itu, kata dia, tim dari Kemenkes juga telah melakukan survei untuk memastikan daerah ini bebas dari frambusia.
"Sebelum Kemenkes menerbitkan sertifikat Kabupaten Mukomuko bebas frambusia, tim melakukan survei dan penilaian di daerah ini," ujarnya.
Meskipun tidak ada ada kasus frambusia, namun pihaknya terus berupaya untuk mencegah penyakit kulit kronis dan menular yang disebabkan status gizi dan sanitasi yang tidak baik.