Inpres Air Minum langkah strategis pengelolaan air berkelanjutan
Minggu, 31 Maret 2024 12:45 WIB 5076
Indonesia sendiri secara geografis bukanlah negara yang kekurangan air, melainkan memiliki surplus air yang besar. Hanya saja penyaluran surplus air baik dari sumber air alami seperti sungai maupun tampungan seperti bendungan di bagian hulu sulit tersalurkan ke hilir atau masyarakat akibat minimnya akses jaringan perpipaan. Kondisi idle capacity inilah yang coba didobrak lewat Inpres Air Minum.
Upaya tersebut perlu dipercepat dengan melakukan perluasan, penambahan, bahkan pembangunan jaringan perpipaan melalui konstruksi sambungan-sambungan rumah (SR) kepada masyarakat sehingga air-air yang tertampung di hulu dapat segera tersalurkan dan dinikmati oleh masyarakat.
Upaya percepatan perluasan dan pembangunan sambungan-sambungan rumah ini juga perlu diimbangi oleh pemeliharaan dan rehabilitasi terhadap bendungan, embung, sistem penyediaan air minum (SPAM), dan infrastruktur tampungan air lainnya yang dilakukan berkala, agar kualitas layanan air kepada masyarakat tetap terjaga dan berkelanjutan.
Sejauh ini Pemerintah telah menyelesaikan dan mengoperasikan 42 bendungan di wilayah-wilayah Indonesia. Beberapa waduk tersebut, yakni Bendungan Cipanas, Bendungan Karian, dan Bendungan Jatigede di Pulau Jawa untuk memberikan pasokan air kepada masyarakat yang tinggal di kota-kota seperti Semarang dan Jakarta.
Upaya percepatan sambungan rumah dan pemeliharaan infrastruktur sumber daya air tersebut tentunya dapat membuat masyarakat memiliki akses air bersih dengan mengandalkan jaringan air perpipaan.
Hal ini tentunya dapat membuat masyarakat secara bertahap meninggalkan ketergantungan mereka terhadap penggunaan air tanah, sehingga pada akhirnya penurunan muka air tanah yang bisa menimbulkan banjir dapat dicegah.
Transformasi sosial ekonomi
Kehadiran Inpres Air Minum ini juga memiliki peran strategis lainnya yakni menciptakan transformasi sosial dengan membantu pencegahan stunting di level masyarakat.