Kota Bengkulu (ANTARA) - Kawasan Pasifik Barat kini menghadapi ancaman serius akibat lonjakan infeksi HIV/AIDS dalam beberapa tahun terakhir. Laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa kondisi ini mendorong WHO dan UNAIDS untuk segera mengambil langkah-langkah cepat guna mengatasi krisis yang berkembang di wilayah tersebut.
Dalam rangka menghadapi situasi darurat ini, WHO bersama UNAIDS Asia-Pasifik mengadakan pertemuan tingkat tinggi di Fiji. Pertemuan tersebut diselenggarakan pada sesi ke-76 Komite Regional WHO untuk Pasifik Barat, atas permintaan Kementerian Kesehatan dan Layanan Medis Fiji. Acara ini dihadiri oleh para menteri kesehatan dari 38 negara dan wilayah Pasifik Barat, perwakilan masyarakat sipil, serta mitra pembangunan internasional.
“Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk mempercepat kemajuan dalam pencegahan HIV dan memperkuat kerja sama lintas negara untuk menghadapi epidemi yang semakin berkembang,” kata Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat Saia Ma’u Piukala.
Tiga negara menjadi fokus utama dalam pertemuan ini karena mengalami lonjakan kasus HIV yang signifikan: Fiji, Filipina, dan Papua Nugini. Di Fiji, jumlah infeksi baru dilaporkan meningkat sepuluh kali lipat dalam satu dekade terakhir, dengan lonjakan terbesar terjadi pada tahun 2024. Penggunaan narkoba suntik menjadi faktor utama penyebaran, yang dikhawatirkan dapat menyebar ke negara-negara kepulauan Pasifik lainnya.
“Di Fiji, penggunaan narkoba suntik menjadi faktor utama penyebaran HIV, dan kami khawatir ini bisa menyebar lebih luas lagi ke negara-negara tetangga,” kata Piukala.
Sementara itu, di Filipina, infeksi baru meningkat enam kali lipat sejak 2010, dengan pria muda yang berhubungan seks dengan pria sebagai kelompok yang paling terdampak. Di Papua Nugini, pemerintah bahkan telah menyatakan HIV sebagai krisis nasional sejak Juni 2025, menyusul peningkatan kasus di kalangan perempuan usia reproduksi dan anak-anak.
"Papua Nugini saat ini menghadapi krisis nasional terkait HIV. Peningkatan kasus di kalangan perempuan dan anak-anak sangat memprihatinkan," ungkap Piukala.
Laporan WHO juga menunjukkan bahwa banyak negara di kawasan Pasifik Barat masih menghadapi tantangan besar dalam penanganan HIV, seperti diagnosis yang terlambat, akses pengobatan yang terbatas, dan cakupan layanan yang belum merata.
