Kejahatan hutan banyak dilakukan dalam aktivitas industri ekstraktif yang mengeruk sumber daya hutan. Bukan hanya oleh perusahaan besar, kegiatan perkebunan kecil oleh para petani pun jika diakumulasi luasnya bisa melebihi skala industri.
Eksploitasi tiada henti telah menyebabkan Pulau Sumatera kehilangan separuh hutannya yang sudah beralih fungsi untuk kepentingan industri. Begitu pula dengan Pulau Borneo dan Papua yang hanya akan menyisakan seperempat wilayah hijaunya dalam beberapa tahun mendatang. Pembalakan pohon, pembakaran hutan, dan pertambangan minerba tanpa diimbangi upaya konservasi akan mengakibatkan sakitnya paru-paru bumi.
Hutan memiliki peran penting untuk mengatur dan menjaga kestabilan iklim global. Bila hutan mengalami kerusakan maka berakibat terjadinya peningkatan suhu bumi serta perubahan iklim yang ekstrem. Sebab, hutan dengan pohon-pohon yang terdapat di dalamnya adalah produsen penghasil oksigen yang sekaligus berfungsi sebagai penyerap karbon yang besar. Lebih dari 300 miliar ton karbon tersimpan di hutan dan pohon-pohon yang ada di bumi. Deforestasi memicu pelepasan besar-besaran karbon dioksida ke atmosfer dan meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca.
Baca juga: Gubernur Bengkulu: Keberadaan harimau indikator hutan sehat
Baca juga: Kegelisahan janda penghuni gubuk di hutan Sulawesi akhirnya terjawab
Selain krisis iklim, banyak kerugian yang harus dibayar manakala hutan menderita kerusakan. Karena hutan merupakan rumah bagi lebih dari 50 persen seluruh spesies tumbuhan dan hewan, maka kerusakan hutan berarti kehilangan spesies dan habitat satwa. Berkurangnya berbagai spesies berdampak pada bidang pendidikan seperti punahnya spesies yang merupakan obyek penelitian, dan konflik antara manusia dengan satwa terpicu karena habitat mereka tergusur. Sedangkan bidang kesehatan terdampak oleh hilangnya berbagai jenis obat-obatan yang bersumber dari tanaman di hutan.
Akibat lain dari deforestasi adalah terganggunya siklus air karena hutan tidak bisa lagi menjalankan fungsinya dalam menjaga tata letak air. Padahal pepohonan di hutan memiliki fungsi menyerap curah hujan serta menghasilkan uap air yang kemudian akan dilepaskan ke atmosfer. Jika jumlah pohon terus berkurang oleh sebab tren deforestasi, maka kandungan air di udara yang nantinya akan dikembalikan ke tanah dalam bentuk hujan menjadi sedikit. Tanah yang kekurangan air hujan menjadi kering sehingga sulit bagi tanaman untuk hidup.
Kerusakan hutan juga dapat berdampak pada hilangnya mata pencaharian masyarakat sekitar hutan yang mengandalkan kegiatan ekonomi sehari-hari dari sumber daya rimba.
Belum lagi terjadinya berbagai bencana alam akibat kebotakan hutan, seperti erosi, banjir dan tanah longsor yang menimbulkan kerugian besar materiil hingga hilangnya banyak nyawa.
Gaya hidup hijau
Menyelamatkan hutan Indonesia bukan hanya tugas pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ini adalah pekerjaan besar yang mesti dipikul bersama semua kalangan dan pemangku kepentingan, dari langkah sederhana hingga tindakan keras.