Deli Serdang (ANTARA) - Atlet taekwondo Jawa Tengah (Jateng) Dinda Putri Lestari mampu mempertahankan gelar juara, seusai kembali menyabet medali emas pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI/2024 Aceh - Sumatera Utara.
"Alhamdulillah senang, karena ini emas kedua aku di PON. Alhamdulillah bisa menyumbangkan medali lagi untuk Jawa Tengah. Emas pertama di Papua dengan kelas yang sama," kata Dinda seusai menerima medali emas di Deli Serdang, Sabtu.
Dinda yang lahir di Temanggung, 11 Januari 2001 itu mempertahankan gelar peraih medali emas yang juga sebelumnya didapatkan pada PON XX/2021 Papua di kelas yang sama, yakni kategori kyorugi kelas -73 kilogram.
Ia berhasil menyumbangkan medali emas bagi tanah kelahirannya seusai mengalahkan Zidnie Ilma Mahdiyyah dari Kalimantan Timur (Kaltim) pada babak final yang berlangsung di Martial Arts Arena, Kompleks Sumut Sport Center, Deli Serdang, Sumatera Utara, dengan skor telak 2-0 atas lawannya.
Dinda mengaku telah melewati proses latihan yang panjang sebelum tampil di PON tahun ini. Latihan dijalani selama kurang lebih dua tahun semenjak Pra-PON.
"Latihan disentralisasi di Jawa Tengah udah dua tahun lebih karena mau Pra-PON saat itu, dari Pra-PON sudah persiapan. Banyak latihannya, keras juga. Kami benar-benar kerja keras selama ini, karena memang mau membuktikan apalagi target emas kami juga banyak," terangnya.
Peraih dua medali perunggu SEA Games tahun 2022 dan tahun 2023 itu berharap bisa kembali lolos seleksi SEA Games dan menyumbang medali emas untuk Indonesia.
"Insya Allah tahun depan karena tahun ini kan seleksi SEA Games lagi, tahun ke depan SEA Games ketiga saya kalau memang dikasih rejeki buat main lagi. Semoga bisa medali emas SEA Games karena dua kali kemarin perunggu, semoga besok bisa diubah menjadi emas," kata Dinda.
Dalam kategori kyorugi kelas -73 kilogram PON XXI Aceh-Sumatera Utara, Provinsi Jawa Tengah keluar sebagai peraih medali emas, sedangkan perak diraih oleh Zidnie Ilma Mahdiyyah dari Kalimantan Timur.
Sementara itu medali perunggu diraih oleh Iluh Sinta Sundariah dari Sulawesi Tenggara dan Sekar Embun Widia Ningrum dari Bangka Belitung.