"Melalui kegiatan (literasi digital) kami harapkan dapat meningkatkan masyarakat yang bijak dalam menggunakan serta mengakses teknologi," kata Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional dan Penanganan Konflik Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Bengkulu Henny Kauri di Bengkulu, Selasa.
Baca juga: Bawaslu kolaborasi dengan OPD Bengkulu awasi kampanye digital
Dia mengatakan Pemerintah Provinsi Bengkulu bekerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) untuk program peningkatan literasi digital kepada masyarakat.
Henny mengatakan pada era digital saat ini, peristiwa besar seperti penyelenggaraan demokrasi begitu akan menyedot perhatian publik cukup besar. Bahkan pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 se- Indonesia diyakini menarik perhatian lebih luas lagi yakni dunia internasional.
Baca juga: BKSDA Bengkulu terus lakukan pengusiran harimau dari pemukiman warga
Menurut dia, sesuatu yang menarik perhatian banyak orang seperti itu tentu dapat memberi dampak pada daerah bisa ke arah yang positif, namun sebaliknya, juga bisa ke arah negatif, seperti terjadinya polarisasi, gesekan, maupun perpecahan.
"Berita bohong dapat melahirkan polarisasi politik yang dapat memecah belah bangsa Indonesia menjelang perhelatan Pilkada 2024. Apabila terus disebar di ruang digital secara masif dapat menimbulkan konflik di masyarakat," kata dia.
Baca juga: BPBD usulkan Rp700 juta untuk buffer stok di Bengkulu pada 2025
Oleh karena itu, menurut dia, menjaga dunia digital yang sehat, literasi yang baik sangat berkaitan erat dengan penyelenggaraan yang aman, tertib dan damai, mencegah polarisasi, gesekan maupun perpecahan.
Koordinator Wilayah Mafindo Provinsi Bengkulu sekaligus akademikus Universitas Bengkulu Dr Gushevinalti mengatakan peningkatan literasi digital masyarakat begitu penting terutama ketika penyelenggaraan pesta demokrasi.
Baca juga: BKPSDM Bengkulu imbau peserta waspada, proses seleksi PPPK transparan
"Dalam pilkada ini, pemilih mayoritas yakni mereka para generasi Z dan milenial yang memiliki porsi lebih dari 50 persen total pemilih," kata dia.
Sementara kelompok tersebut, kata dia, melekat dengan dunia digital, mereka menguasai dunia daring. Hal itu lah yang menjadi dasar pentingnya membuat ruang digital yang sehat dan masyarakat yang memiliki literasi digital yang memadai.
Baca juga: Bawaslu kolaborasi dengan OPD Bengkulu awasi kampanye digital
Dia mengatakan Pemerintah Provinsi Bengkulu bekerja sama dengan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) untuk program peningkatan literasi digital kepada masyarakat.
Henny mengatakan pada era digital saat ini, peristiwa besar seperti penyelenggaraan demokrasi begitu akan menyedot perhatian publik cukup besar. Bahkan pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 se- Indonesia diyakini menarik perhatian lebih luas lagi yakni dunia internasional.
Baca juga: BKSDA Bengkulu terus lakukan pengusiran harimau dari pemukiman warga
Menurut dia, sesuatu yang menarik perhatian banyak orang seperti itu tentu dapat memberi dampak pada daerah bisa ke arah yang positif, namun sebaliknya, juga bisa ke arah negatif, seperti terjadinya polarisasi, gesekan, maupun perpecahan.
"Berita bohong dapat melahirkan polarisasi politik yang dapat memecah belah bangsa Indonesia menjelang perhelatan Pilkada 2024. Apabila terus disebar di ruang digital secara masif dapat menimbulkan konflik di masyarakat," kata dia.
Baca juga: BPBD usulkan Rp700 juta untuk buffer stok di Bengkulu pada 2025
Oleh karena itu, menurut dia, menjaga dunia digital yang sehat, literasi yang baik sangat berkaitan erat dengan penyelenggaraan yang aman, tertib dan damai, mencegah polarisasi, gesekan maupun perpecahan.
Koordinator Wilayah Mafindo Provinsi Bengkulu sekaligus akademikus Universitas Bengkulu Dr Gushevinalti mengatakan peningkatan literasi digital masyarakat begitu penting terutama ketika penyelenggaraan pesta demokrasi.
Baca juga: BKPSDM Bengkulu imbau peserta waspada, proses seleksi PPPK transparan
"Dalam pilkada ini, pemilih mayoritas yakni mereka para generasi Z dan milenial yang memiliki porsi lebih dari 50 persen total pemilih," kata dia.
Sementara kelompok tersebut, kata dia, melekat dengan dunia digital, mereka menguasai dunia daring. Hal itu lah yang menjadi dasar pentingnya membuat ruang digital yang sehat dan masyarakat yang memiliki literasi digital yang memadai.