Mukomuko Bengkulu (ANTARA) - Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mencatat sekitar 1.000 ekor hewan ternak sapi dan kerbau di daerah ini yang mati mendadak dan potong paksa akibat terserang penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) sejak bulan April 2025 sampai sekarang.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Diana Nurwahyuni di Mukomuko, Senin, mengatakan, kalau jumlah ternak mati saja hasil wawancara dengan masyarakat peternak ada satu orang itu yang ternaknya mati 15 ekor bahkan punya keluarganya sendiri mati 10 ekor.
"Kalau kita akumulasikan hewan ternak yang mati ditambah dengan yang sudah dijual bisa di angka 1.000 ekor," katanya.
Dia mengatakan, bahwa penyakit ngorok atau SE masuk ke daerah ini pada bulan April 2025.
Kalau ada ternak yang sakit ngorok, maka langkah yang dilakukan dengan cara diobati, karena tugas dinas ini mengobati kalau ada laporan dari masyarakat.
"Kita datangi, ternaknya kita lihat gejala teknisnya kalau sudah parah dan tidak memungkinkan untuk diobati kita sarankan untuk dijual kalau terlihat belum berat dan parah Insya Allah itu masih bisa diobati," ujarnya.
Meskipun pengobatan hewan ternak yang terkena penyakit ngorok ini membutuhkan waktu minimal tiga hari berturut-turut.
Kalau untuk pertolongan pertama terhadap ternak yang mengidap penyakit ngorok, setelah ternak bisa ditangkap, lalu dirawat dikasih air gula merah untuk penguat tenaga, tindakan itu yang bisa dilakukan.
Untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, Dinas Pertanian Mukomuko telah menerima bantuan vaksin sebanyak 1.200 dosis dari pemerintah pusat.
Semua vaksin untuk mencegah penyebaran penyakit itu sudah didistribusikan ke empat pusat kesehatan hewan (puskeswan) di daerah ini, namun yang sudah digunakan sekitar ratusan dosis.
Terkait kegiatan vaksinasi ini, instansinya telah meminta petugas puskeswan menyampaikan ke desa lalu desa supaya disampaikan kepada warga yang mempunyai hewan ternak untuk divaksin.
Sementara itu, awal mula penyakit ini merebak di Kabupaten Bengkulu Selatan, lalu merebak di Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Mukomuko.
Karena ada warga di Kabupaten Mukomuko tergiur harga kerbau murah di Kabupaten Bengkulu Utara sehingga kerbau dari daerah luar itu dibawa ke Mukomuko dan dari sana lah mulai terjadi penularan penyakit ngorok.
