Gen-Z, Milenial, dan politik masa depan
Minggu, 7 Mei 2023 20:01 WIB 1673
Kemudian, hingga 14 Mei 2023 para partai politik mulai menyerahkan daftar calon anggota legislatif yang akan mereka usung pada Pemilu 2024. Saluran-saluran tersebut tentunya bisa juga diisi oleh kaum-kaum muda saat ini.
Namun permasalahannya, masih ada sejumlah elemen yang menyepelekan peran anak muda dalam pemilu, misalnya, keberadaan mereka kurang diakui atau dianggap tidak penting.
Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa peran Milenial dan Gen-Z dalam pemilu tidak selalu diakui atau dianggap tidak penting. Salah satu faktor tersebut karena kurangnya partisipasi politik dari kalangan tersebut.
Banyak dari mereka yang merasa tidak tertarik atau tidak yakin dengan proses politik dan pemilu, akibatnya mereka cenderung tidak memberikan suara pada pemilihan.
Atas dasar itu, penting bagi semua pihak mengedukasi, mengakui peran, dan menyediakan saluran bagi Milenial dan Gen-Z di bidang politik, terutama dalam Pemilu 2024. Politik masa depan Indonesia nantinya tentu berada di tangan dua generasi ini dan tonggak estafetnya berada pada Pemilu 2024.
Pakar politik sekaligus akademikus Universitas Bengkulu Dr. Panji Suminar menyatakan dunia dan kesehariannya Milenial dan Gen-Z berada di dalam jaringan. Sebagian besar waktu mereka curahkan di ruang-ruang digital, termasuk untuk melek politik.
Untuk menciptakan generasi-generasi terbaik si kancah politik, Generasi Milenial dan Gen-Z jangan hanya menjadi objek yang dilihat sebagai lumbung suara, tapi ada hal lain yang begitu penting yakni menyampaikan pendidikan politik dan pentingnya mereka dilibatkan secara positif dalam politik bangsa.
Namun, merangkul para anak muda itu ke dalam dunia politik tentu saja tidak bisa disepelekan, apalagi merangkul mereka yang cenderung apatis. Perlu contoh dan praktik baik dari para elite dan politikus negeri ini sehingga mereka memiliki ketertarikan dalam dunia politik.
Hal itu tentunya bisa dimulai dari Pemilu 2024, karena saat ini merupakan waktu peralihan kepemimpinan baik secara nasional maupun daerah. Dan, saat ini pula porsi suara generasi muda sangat besar. Kalau seluruh anak muda dari dua generasi tersebut mau berpartisipasi, maka lebih dari separuh total suara pemilu se Indonesia merupakan suara generasi muda.
Para elite, politikus, dan partai politik harusnya masuk ke basis-basis anak muda dengan memberikan pendidikan politik yang positif dan menunjukkan keberpihakan mereka terhadap aspirasi-aspirasi generasi muda.
Cara-cara buruk dalam berpolitik hendaknya tidak dilakukan--apalagi sampai membanjiri ruang digital yang menjadi tempat nongkrong anak muda--dengan konten-konten negatif.