Bengkulu (ANTARA) - Badan Pusat Statistik menyatakan inflasi di Provinsi Bengkulu sepanjang 2024 sangat terkendali dan stabil yang berada di bawah satu persen.
"Secara gambaran ekonomi ini sangat terkendali, situasi yang baik, sebisa mungkin harus bisa kita pertahankan di 2025, gejolak harga di 2024 memang ada tapi gejolaknya terkendali," kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu Win Rizal di Bengkulu, Kamis.
Dia mengatakan inflasi Bengkulu dicatat sebesar 0,84 persen (yoy). Dia mengatakan memang di bawah rentang target nasional yang menargetkan 2,5 plus minus 1 persen yoy, namun angka tersebut kata Win Rizal angka yang bagus untuk Provinsi Bengkulu.
"Itu terjadi karena pada tahun-tahun sebelumnya beberapa komoditas pokok naik tinggi, dan di 2024 kembali normal, jadi inflasi ikut turun yang akhirnya di bawah 1 persen," kata dia.
Tapi, lanjut Win Rizal kondisi inflasi rendah bukan lah menandakan kelesuan ekonomi, karena kelesuan ekonomi indikasinya semua komoditas anjlok, daya beli turun, sementara yang terjadi di 2024 hanya komoditas tertentu saja yang turun, khususnya pangan, hal tersebut karena harga kembali normal.
"Nah cuma harus kita ingat bahwa tahun 024 kemarin memang kita ada proses ke penurunan yang luar biasa, selama 5 bulan deflasi, nah jadi kita jangan selalu terlena, hal itu belum tentu terjadi 2025, jadi kita mesti tetap menjaga stabilitas ini," ujarnya.
Pada Desember 2024, Inflasi tahunan Provinsi Bengkulu sebesar 0,84 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 105,96. Tingkat inflasi bulanan Desember 2024 Provinsi Bengkulu sebesar 0,34 persen.
Inflasi tahunan Provinsi Bengkulu terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks harga kelompok pengeluaran, yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,31 persen.
Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,73 persen, kelompok kesehatan sebesar 2,57 persen, kelompok transportasi sebesar 0,30 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 3,49 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,91 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,75 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,94 persen.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,21 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,34 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,75 persen.