Mukomuko (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, meminta warga yang memiliki hewan ternak sapi dan kerbau untuk segera melaporkan jika ternaknya terjangkit penyakit ngorok atau Septicaemia Epizootica (SE) supaya cepat diobati oleh petugas peternakan dan kesehatan hewan.
"Apabila ada ternak yg terjangkit yang sudah dikandangkan dan mau diobati mohon untuk dapat menghubungi kami," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Diana Nurwahyuni dalam keterangannya di Mukomuko, Kamis.
Dia mengatakan hal itu menanggapi keluhan dari masyarakat di lapangan berupaya mandiri, sedangkan jajaran pemerintah daerah sampai ke dewan belum ada respon serta tanggapan berkunjung ke lapangan memberi solusi.
Kendati demikian, sejak wabah ngorok merebak di daerah ini, hanya petugas peternakan dan kesehatan hewan yang respon cepat, bahkan pada hari libur mereka bersedia ke lapangan, sedangkan yang lain beralasan.
Diana mengatakan, kendala dalam pengobatan penyakit ini terbatasnya sumber daya manusia (SDM) yg ada, dan tempat tinggal lumayan jauh dari lokasi
Karena obat antibiotik tersebut harus di suntikkan kepada hewan ternak yang sakit ngorok selama 3-5 hari berturut-turut.
Kendati demikian, wabah ini tidak merebak di semua wilayah daerah ini seperti di Kecamatan Ipuh melaksanakan vaksin karena wabah tersebut tidak merebak dan bisa teratasi.
Dia menjelaskan beberapa hal sehubungan dengan wabah ini bermula kejadian di Bengkulu Selatan, begitu kejadian di Bengkulu Selatan Kadis Pertanian Mukomuko langsung ke Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu untuk meminta bantuan vaksin.
Kabupaten Mukomuko diberikan 1.200 dosis vaksin ngorok dengan pertimbangan Provinsi Bengkulu bahwa Kabupaten Mukomuko belum terserang, maka efektif untuk dilakukan vaksin.
Namun, setelah vaksin tersedia di tiga puskeswan di daerah ini, petugas bersurat ke desa-desa untuk melaksanakan vaksin dengan mengumpulkan ternak dan puskeswan siap untuk turun melaksanakan vaksin, kenyataannya tidak ada tanggapan dari petani ternak.
Akhirnya pada akhir April, pihaknya dihubungi oleh warga bahwa banyak ternak kerbau yang mati di Desa Pernyah.
Lalu tim dari dinas ini turun ke lapangan untuk melakukan investigasi penyakit tersebut dan mengambil sampel serta melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit.
Adapun sampel langsung dikirim ke BVet Lampung untuk di lakukan pemeriksaan, dan ternyata hasil pemeriksaan sampel tersebut positif penyakit SE.
"Karena kejadian penyakit tersebut sudah mewabah jadi kita tidak bisa melakukan tindakan vaksinasi," ujarnya lagi.
Sampai sekarang, instansinya masih melakukan pengobatan terhadap ternak yang terjangkit apabila petugas dinas ini hubungi oleh peternak.