Transisi energi berbasis bioekonomi dinilai sangat penting untuk mendukung Tujuan-tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Potensi ini harus dioptimalkan, terutama dengan memanfaatkan tumbuhan di Indonesia yang kaya akan minyak dan lemak, yang tidak dimiliki oleh negara-negara beriklim empat musim.
"Inovasi lokal perlu ditingkatkan agar Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alamnya secara mandiri dan berkelanjutan," ujar Tatang.
Potensi batang sawit tua, yang merupakan limbah perkebunan sawit, juga bisa diolah, khususnya setelah peremajaan. Batang sawit tua masih mengandung nira (air gula) sekitar 70 persen dan pati 30 persen (pati dan lignoselulosa), yang potensinya tidak kalah dari tebu.
Baca juga: 400 UMKM terlibat meriahkan Festival Tabut Bengkulu 2024
Potensi bioetanol dari peremajaan kebun sawit mencapai 8,7-10,3 kiloliter per hektare. "Dari 8,7 kiloliter dengan 640 ribu hektare per tahun, kita bisa menghasilkan 5,6 juta kiloliter bioetanol. Jika 50 persen dari potensi ini bisa direalisasikan, maka akan mencapai 2,8 juta kiloliter," katanya.
Angka tersebut setara dengan 70 pabrik bioetanol yang harus dibangun dan lebih dari cukup untuk mendukung program E5 pada seluruh bensin di Indonesia hingga 2030.
Program E5 adalah inisiatif Pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan bahan bakar terbarukan dengan mencampurkan 5 persen bioetanol ke dalam bensin.
Perlu komitmen
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menekankan pentingnya hilirisasi produk kelapa untuk menambah nilai ekonomi. Setiap bagian dari pohon kelapa memiliki potensi untuk diolah menjadi produk yang bernilai, termasuk bioenergi dan bioavtur.
Setiap bagian pohon kelapa dapat digunakan untuk menghasilkan produk yang bernilai.
Baca juga: Pemprov terus upayakan persingkat akses Bengkulu-Sumsel
Pelaku usaha diharapkan tidak lagi mengekspor kelapa mentah saja, tapi juga produk-produk turunannya yang juga memiliki nilai ekonomi.
Indonesia harus berhenti mengekspor kelapa mentah saja karena setiap bagian pohon kelapa dapat digunakan untuk menghasilkan produk yang bernilai.
Kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai, seperti minyak kelapa, santan, kelapa parut, dan air kelapa. Saat ini, Indonesia telah mulai mengekspor produk-produk seperti nata de coco, briket arang, dan tempurung kelapa, yang semakin diminati karena berkualitas tinggi.