Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu daerah di Indonesia yang termasuk dalam zona merah bencana alam seperti bencana akibat gempa bumi, banjir, tanah longsor bahkan gelombang pasang.
Kabupaten yang memiliki 47 kecamatan dengan 2,8 juta penduduk ini rawan bencana gempa bumi karena berada di perlintasan sesar purba yang aktif yakni Sesar Cimandiri yang kerap memicu terjadinya gempa bumi.
Daerah dengan garis pantai yang panjang itu juga rawan gelombang pasang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar dari dalam dan luar negeri, jika megathrust terjadi maka akan dapat memicu gelombang tsunami di daerah ini.
Baca juga: Penyaluran bantuan untuk korban bencana Mukomuko selesai 100 persen
Kabupaten Sukabumi termasuk pula dalam daerah rawan bencana akibat aktivitas gunung berapi karena adanya dua gunung berapi yang masih aktif yakni Gunung Gede dan Gunung Salak.
Dengan potensi bencana yang tinggi, tentu harus menjadi perhatian seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat. Tujuannya, untuk meminimalkan dampak bencana baik dari sisi materi maupun jiwa.
Sudah saatnya masyarakat harus sadar dengan ancaman yang kapan saja bisa terjadi, seperti bencana yang terjadi pada awal Desember 2024. Hujan deras disertai angin memicu terjadinya berbagai bencana seperti tanah longsor dan banjir yang melanda 101 desa di 39 kecamatan.
Dampak dari bencana ini ribuan rumah rusak, belasan nyawa warga melayang dan belasan ribu warga harus mengungsi serta ratusan fasilitas umum, fasilitas keagamaan dan sosial rusak.
Untuk mengurangi dampak dari itu semua, perlu adanya kolaborasi antara Pemkab Sukabumi, instansi terkait, serta masyarakat untuk membangun ketangguhan bencana.
Baca juga: BPBD Lampung turunkan tiga tim bantu pantau banjir di Bandarlampung
Meskipun saat ini di Kabupaten Sukabumi sudah ada delapan kecamatan yang dinyatakan sebagai kecamatan tangguh bencana yakni Kecamatan Palabuhanratu, Nyalindung, Warungkiara, Cikidang, Kabandungan, Parungkuda, Cibadak dan Gegerbitung, tetapi dinilai masih kurang karena daerah ini memiliki 47 kecamatan.
Dari hasil pemetaan seluruh kecamatan tersebut masuk dalam zona rawan bencana, yang membedakan hanya jenis bencananya saja yang kerap terjadi di setiap kecamatan.
Selain itu, status tangguh bencana seharusnya bukan status untuk kecamatan, tapi yang paling penting adalah bagaimana membentuk karakter masyarakat yang tangguh bencana.
Tangguh bencana
Bencana seperti gempa bumi, tsunami, erupsi, tanah longsor, banjir, pergerakan tanah dan kekeringan telah menjadi ancaman serius bagi masyarakat Sukabumi.
Sebagai daerah yang berada di jalur gempa dan memiliki garis pantai yang panjang serta gunung berapi, sangat rentan terhadap terjadinya bencana. Oleh karena itu, membangun ketangguhan bencana di masyarakat menjadi sangat penting.
Ketangguhan bencana merupakan kemampuan masyarakat untuk menghadapi, menyerap dan pulih dari dampak bencana. Selain itu, tidak hanya tentang mengurangi risiko bencana, tetapi juga tentang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghadapi dan pulih dari bencana.
Informasi yang dihimpun dari beberapa sumber seperti BPBD Kabupaten Sukabumi dan Palang Merah Indonesia (PMI), ada beberapa faktor yang memengaruhi ketangguhan bencana di masyarakat.
Baca juga: Pemprov Bengkulu upayakan 100 desa tangguh bencana di 2025
Pertama adalah kesadaran dan pengetahuan. Masyarakat harus memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang bencana sehingga bisa lebih siap untuk menghadapinya.
Kemudian, infrastruktur tidak kalah penting dalam upaya membangun masyarakat tangguh bencana, seperti bangunan harus kuat dan tahan gempa sehingga dapat mengurangi risiko bencana (ambruk atau rusak).
Selanjutnya, kemampuan ekonomi juga berpengaruh karena kondisi ekonomi yang baik, penyintas bencana dapat lebih mudah pulih dari dampak bencana. Jaringan sosial yang kuat dapat membantu masyarakat untuk menghadapi dan mempercepat pulih dari bencana.
Terakhir, kebijakan dan peraturan yang jelas dan efektif dapat membantu mengurangi risiko bencana. Pemda harus secara rutin memberikan edukasi terkait kebencanaan seperti bagaimana aman dari dampak bencana, apa yang harus dilakukan dan mampu memitigasi bencana.
Dengan demikian, jika terjadi bencana, masyarakat, pemerintah maupun relawan sudah mengetahui tugas dan fungsinya masing-masing, sehingga penanganan bisa lebih cepat dan bantuan akan lebih sampai ke warga yang terdampak serta tidak saling mengandalkan.
Baca juga: BPBD Bengkulu lakukan patroli cegah pengunjung mandi di pantai
Strategi
Untuk membangun masyarakat yang tangguh bencana, harus disertai dengan strategi yang tepat agar benar-benar efektif dan tidak hanya sebatas kegiatan seremonial saja.
Adapun strategi untuk membangun masyarakat tangguh bencana yakni tersedianya sarana dan tenaga pendidikan serta pelatihan atau melalui kerja sama dengan lembaga non-pemerintah yang kompeten tentang kebencanaan seperti PMI yang tujuannya agar warga tahu tanda akan terjadi bencana dan bagaimana cara menghadapinya.
Pembangunan infrastruktur yang kuat, tahan gempa dan berada di lokasi yang aman juga mendukung ketangguhan bencana di masyarakat, serta meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat melalui program-program ekonomi.
Kemudian, membangun jaringan sosial yang kuat melalui program-program sosial dan terakhir pengembangan kebijakan dan peraturan yang jelas dan efektif untuk mengurangi risiko bencana.
Membangun ketangguhan bencana di masyarakat sangat penting untuk mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghadapi dan pulih dari bencana.
Dengan strategi-strategi yang tepat dapat membangun ketangguhan bencana di masyarakat dan mengurangi dampak dari bencana.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dan mengurangi risiko bencana, seperti mengenali risiko bencana dengan mencari tahu jenis bencana yang mungkin terjadi di daerahnya masing-masing.
Membuat rencana evakuasi dengan keluarga dan menetapkan tempat pertemuan jika terpisah. Menyiapkan barang-barang penting seperti air, makanan, obat-obatan dan peralatan lainnya.
Melakukan pemeriksaan secara rutin terhadap kondisi infrastruktur atau bangunan rumah dan lingkungan sekitar untuk memastikan bahwa berada di tempat yang aman dan tahan gempa.
Kemudian langkah yang harus dilakukan saat terjadi bencana adalah tidak panik dan tetap tenang untuk mengambil keputusan yang tepat, mengikuti instruksi dari pemerintah maupun tim penyelamat.
Sebelum tim penyelamat tiba, warga harus melakukan evakuasi secara mandiri ke tempat aman yang telah ditentukan sebelumnya dan tidak membawa barang yang bisa menambah beban serta menjauhi bangunan atau tempat yang berpotensi longsor, ambruk dan rawan.
Tidak kalah penting yakni menghindari bahaya yang bisa menyebabkan terjadinya hal tidak diinginkan seperti kabel listrik yang terputus, gas bocor dan bangunan yang rusak.
Meminta bantuan dari tim penyelamat atau pemerintah jika diperlukan. Rekonstruksi rumah dan lingkungan sekitar dengan mempertimbangkan keselamatan dan keamanan.
Bencana alam yang terjadi 3-4 Desember 2024 harus menjadi pembelajaran bagi semua pihak, tidak hanya pemerintah maupun penyintas saja, tetapi seluruh masyarakat tentang pentingnya membangun ketangguhan bencana di masyarakat.
Bupati Sukabumi Marwan Hamami menegaskan bahwa bencana alam tidak bisa diprediksi, tetapi dampaknya bisa diminimalkan, di antaranya dengan mengenali potensi bencana yang ada di daerahnya masing-masing serta mengetahui apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana.
Jika terjadi bencana, warga yang terdampak tidak mementingkan barang-barang, tetapi mendahulukan kepentingan keselamatan, karena nyawa lebih berharga.
Dengan ketangguhan yang tinggi, masyarakat Sukabumi yang tinggal di daerah rawan bencana diharapkan akan dapat melakukan langkah yang tepat guna meminimalisasi dampak akibat bencana.